31.7 C
Jakarta

Novelet Bintang diatas langit Al-Azhar #5

Baca Juga:

# Harapan yang tergantung.

Kadang aku berfikir. Mimpi maembawa Rohman ke Al Azhar terlalu berlebihan. Sekelas dan sekecil aku. Tanpa sadar kadang aku berkaca diri. Mencoba memantaskan diri. Dalam banyak hal.
Rasanya tidak pantas.. Alim? Aku jauh dari itu? Beaya utk ke sana? Belum tahu juga. Selama ini untuk harian saja terasa pas-pasan. Artinya pas butuh pas ada. Butuh yang tidak berlebihan. Sementara ini sekolah yang jauh. Ke negeri orang. Melintasi Laut dan samudera. Aku belum tahu berapa beaya yang diperlukan. Yang aku tahu banyak. Keyakinan saja tidak cukup. Pikiran ku yang sebelah.
Tetapi yang sebelah kanan mengatakan: yang penting punya keyakinan dan doa. Jalani.
Kendala untuk mewujudkan mimpi itu. Tidak banyak dari luar. Justru sering muncul dari dlm diri sendiri dan keluarga. Kok bisa? Bisa. Dan itu lebih dominan. Penyebab dari luar adalah.. Penyebab samping. Tidak begitu berpengaruh. Tetangga, teman sendiri! di nk
Istri sendiri pun kadang bisa menjadi kendala hati. Bukan hal ekonomi. Terapi soal hati yang ada di dada ini
Pagi itu. Lagi-lagi Rohman belum keluar dari kamar nya.
Pintu kamar terbuka sedikit. Aku tengok jam ditangan kiriku. 8.45.
” Dah subuh le ”
” Sudah yo… ”
“Mandi… ‘
” Nanti… ‘.
” Mumpung kamar mandi kosong le.. ”
Kali ini tidak ada jawab an. Aku hafal. Itu artinya dia belum mau mandi. Aku masuk ke kamar nya. Sambil membuka jendela kamar yang masih terk unci rapat. Aku buka agak keras dan sedikit kasar. Sret..
“Gak keras-keras tho pak, ” Katanya sambil menoleh. Masih dengan HP nya.
“Oh.maaf gak sengaja,'” Jawab ku sambil melirik HPnya masih terpasang aplikasi game dimainkannya. Jika melihat itu, rasanya harapan untuk menuju Al-Azhar makin jauh. Tetapi lagi-lagi harapan masih aku gantungkan tinggi-tinggi. Meski itu hanya dalam hati. (bersambung )

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!