27.1 C
Jakarta

Nurlina Rahman, Totalitas Pewara yang Mampu Hidupkan Panggung Malam Refleksi Kemerdekaan PWM DKI Jakarta

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Malam Refleksi Kemerdekaan yang digelar PWM DKI Jakarta pada Rabu (16/8/2023) terasa sangat hidup. Sejak awal acara dibuka, duet antara pembaca acara (pewara) Nurlina Rahman dan Yazid mampu mengerahkan segala perhatian pemirsa untuk tidak beranjak dari panggung merah putih PWM DKI Jakarta.

Selingan pantun, juga candaan yang khas gaya Betawi dibawakan dengan sangat apik, runtut dan santun oleh Nurlina dan Yazid secara bergantian. Nurlina sendiri merupakan Wadek 1 FISIP Uhamka yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Seni Betawi PWM DKI Jakarta. Sedang Yazid masih menyandang status mahasiswa FISIP UHAMKA.

“Panci penyok cemplungin sekuteng, nyok ncang encing kita dateng,” kata Nurlina saat membuka acara.

Tidak sekali dua kali Nurlina melontarkan pantun berbalas. Pantun yang dibawakan pun tidak asal pantun. Rangkaian kata yang dipilih disesuaikan dengan sesi acara yang sedang diantarnya.

Nurlina Rahman berfoto bersama Ketua LSB PWM DKI Jakarta Prof Imamudin dan para penari pengisi acara Malam Refleksi Kemerdekaan

Mengenakan baju dengan nuansa merah putih, Nurlina yang memang memiliki segudang pengalaman tampil menjadi pewara, dengan lincah naik turun panggung untuk mengantarkan acara demi acara. Dibantu Yazid, beberapa kali Nurlina harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan acara untuk menyesuaikan situasi dan kondisi.

Pembawaan yang apik membuat rangkaian acara Malam Refleksi Kemerdekaan yang dimulai pukul 19.30 WIB tersebut tidak monoton apalagi membosankan. Nyaris tidak ada peserta yang meninggalkan lokasi hingga acara berakhir pada sekitar pukul 23:00 WIB.

Bagi Nurlina, menjadi MC atau pewara merupakan pekerjaan yang menantang. Karena profesi ini tidak sekadar dituntut untuk pandai bicara dan memiliki bank kosa kata yang bervariasi. Lebih dari itu, menjadi pewara harus belajar mengenali audiens dan menguasai rundown acara dengan detail.

“Penting juga kemampuan untuk melakukan manuver ketika ada gangguan di tengah acara berlangsung,” tambahnya.

Pembaca Puisi yang Handal

Selain piawai dalam mengantar acara, Nurlina juga sangat luwes ketika didaulat membacakan puisi menjelang acara berakhir. Dengan suara yang lantang, tegas, dan semangat, Nurlina mampu membawakan puisi berjudul Hati Nurani karya penyair Sandy Tyas dengan sangat apik. Ia bersama penyair kondang Jose Rizal Manua menjadi penutup parade puisi Malam Refleksi Kemerdekaan PWM DKI Jakarta.

Nurlina Rahman, pewara kegiatan Malam Refleksi Kemerdekaan PWM DKI Jakarta saat membacakan puisi karya Sandy Tyas (ist)

Di hadapan Ketua LSB Prof. Imamudin, penyair Yose Rizal Manua berdecak kagum saat menyaksikan penampilan Nurlina membacakan puisi. “Pak Yose menilai penampilan Mbak Nurlina bagus ketika membawakan puisi Hati Nurani, terlihat sangat menguasai materi. Pak Yose amat jarang dan cukup selektif untuk mengomentari penampilan seseorang. Namun tadi secara khusus beliau memberikan apresiasi atas penampilan Mbak Lina,” kata Prof Imamudin.

Sama halnya dengan Yose Rizal, Prof Imamudin mengakui kepiawian Nurlina baik dalam membawakan acara sebagai MC maupun saat didaulat membacakan puisi. “Dalam berkomunikasi di atas panggung saat menjadi MC memang sangat bagus. Ada kesinambungan emosi dengan audiens sehingga acaranya menjadi sangat hidup,” katanya.

Tidak hanya mampu menjadi MC yang baik, Nurlina lanjut Prof Imamudin bahkan nyaris sempurna saat tampil membacakan puisi karya Sandy Tyas. “Saya kebetulan berteman baik dan sempat bekerjasama selama beberapa tahun dengan penyair Sandy Tyas, jadi saya paham betul tentang puisinya. Dan ketika Nurlina membacakan karya Sandy Tyas di atas panggung, saya yakin Sandy Tyas pun akan sepakat dengan penilaian saya, bagus, komunikatif, dan menjiwai secara utuh, performa bagus. Satu hal yang saya dan bang Jose Rizal sukai dari gaya membaca puisi Nurlia adalah kesinambungan emosi bait per bait, tertib dan sempurna,” tandasnya.

Imam Maarif malah melihat untuk seorang pembaca puisi, penampilan Nurlina nyaris sempurna, di atas rata-rata pembaca puisi lain terutama dari kalangan perempuan di Jakarta.

Apresiasi serupa juga disampaikan Ketua PWM DKI Jakarta Dr Ahmad H Abu Bakar. Menurut Ahmad Abu Bakar, ekspresi dan gestur tubuh Nurlina, juga suaranya sangat menjiwai puisi yang dibawakan sehingga rangkaian katanya menjadi benar-benar hidup. Secara umum ia juga menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada panitia dari Lembaga Seni Budaya LSB PWM DKI Jakarta

Beberapa seniman senior yang hadir pun melontarkan apresiasi yang hampir sama. Ekspresi yang total menjadi bukti bahwa Nurlina memang memiliki bakat dan hobi di bidang seni.

Malam Refleksi Kemerdekaan itu sendiri digelar PWM DKI Jakarta dalam rangka memeriahkan HUT Kemerdekaan ke-78 RI. Acara yang berlangsung di halaman gedung Dakwah PWM DKI Jakarta tersebut dihadiri sejumlah tokoh Muhammadiyah antara lain Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Prof. Gunawan Suryoputro, Rektor Universitas Teknologi Muhammadiyah Jakarta Lela Nurlaela Wati, Ketua PWM DKI Jakarta Ahmad Abu Bakar, Ketua Lembaga Seni Budaya PWM DKI Jakarta Prof Imamudin, Kepala UPT PBB Setu Babakan Imron Yunus, Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya PP Muhamamdiyah Dr Edy Sukardi, Wakil Ketua PWM DKI Jakarta Prof Agus Suradika, Pimpinan Organisasi Otonom Muhammadiyah dan sejumlah tokoh Muhammadiyah lainnya. Turut hadir pula beberapa pejabat di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!