JAKARTA, MENARA62.COM– Lebih dari 30 tahun Indonesia mengalami masa transisi epidemologi yang ditandai dengan beban ganda dalam pembangunan kesehatan seperti meningkatnya penyakit menular termasuk tular vektor nyamuk dan meningkatnya penyakit tidak menular karena mortalitas dan disabilitas yang diabaikan. Untuk mengendalikan penyakit menular yang disebabkan oleh vektor, maka mengendalikan vektor menjadi kunci utamanya.
“Penyakit yang ditularkan oleh vektor umumnya memiliki cakupan wilayah yang sangat luas dan tinggi, sehingga upaya mengendalikan vektor tanpa mengganggu ekosistem yang harmonis bisa menjadi ujung tombak dalam upaya mencegah pengendalian penyakit menular vektor di Indonesia,” kata dr. Achmad Yurianto sebagai Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada acara Hari Pengendalian Nyamuk di Makassar yang digelar secara virtual, Kamis, (22/10).
Ia menjelaskan nyamuk adalah serangga tertua di bumi. Tercatat ada 2019 spesies nyamuk di bumi dan 456 spesies hidup dan berkembang biak di hampir seluruh provinsi Indonesia. Hasil riset Litbangkes bersama P2P Kemenkes, ada 221 spesies nyamuk yang menjadi vektor penular penyakit.
Indonesia dengan iklim tropis mengakibatkan nyamuk mudah berkembang karena memiliki habitat yang sesuai seiring dengan meningkatnya mobilitas penduduk. Karena itu penyakit tular nyamuk bisa terjadi di mana saja. Selain itu, kondisi ini dipicu karena semakin meningkatnya suhu di permukaan bumi dan hal ini berdampak pada tingginya perkembang biakan nyamuk.
“Penyakit tular vektor yang saat ini endemis di Indonesia antara lain Malaria, DBD, Chikungunya, Japanese Encephalitis (JE) dan Zika termasuk emerging disease yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan DBD adalah yang tertinggi dan sangat rentan pada anak-anak,” lanjut Yuri.
Menurut Yuri, faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit ini seperti urbanisasi yan tidak terkontrol yang mengakibatkan kepadatan penduduk, mobilitas yang tinggi antar daerah, perilaku masyarakat dan faktor perubahan iklim.
Selain itu menurut Gubernur Sulawesi Selatan yang diwakili oleh Asisten 1 Pemerintahan Provinsi Sulsel Dr. Andi Aslam Patonangi, SH, M.Si, upaya pengendalian nyamuk bisa dimulai dari diri kita dan keluarga dengan menjaga lingkungan yang bebas dari jentik nyamuk sampai nyamuk dewasa mulai dengan gerakan 1 rumah 1 jumantik, PSN 3M Plus dan Kantor Bebas Nyamuk (KBN) menjadi keharusan dan bagian dari kehidupan sehari-hari untuk menjaga kebersihan lingkungan kita.