JAKARTA, MENARA62.COM – Limfoma adalah istilah umum untuk berbagai jenis kanker pada sistem limfatik, ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Dibandingkan dengan jenis kanker lain, jumlah penderita limfoma di Indonesia sebenarnya cukup rendah, namun jumlahnya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sejumlah penelitian menunjukkan bahwa limfoma memiliki angka kematian yang cukup tinggi. GLOBOCAN (IARAC) tahun 2012 misalnya mempublikasikan bahwa 50 persen dari pasien baru limfoma berujung pada kematian.
Rata-rata usia harapan hidup bagi penderita limfoma adalah 5 tahun sejak terdeteksi menderita limfoma.
Karena itu dunia kedokteran dan farmasi terus berupaya mencari bentuk terapi terbaik bagi penderita limfoma. Dalam forum diskusi ilmiah Rudy Soetikno Memorial Lecture yang melibatkan dokter dan ahli farmasi mengemuka terapi baru limfoma dengan obat Bendamustine.
Obat Bendamustine merupakan obat antitumor teralkilasi dengan aktivitas unik yang memiliki cincin benzamidazole menyerupai purine. Ini adalah terapi alternatif terbaik bagi para pasien limfoma utamanya jenis limfoma non hodgkin (LNH).
“Obat ini sudah diproduksi di Indonesia dengan merek Fonkomustin oleh PT Fonko International dan diedarkan oleh PT Ferron Par Pharmaceutical,” jelas Krestijanto Pandji, Presdir PT Ferron Pharmaeutical.
Kres menyebutkan obat Bendamustine menjadi persembahan berharga dari Dexa Group sebagai bagian mengenang almarhum Rudy Soetikno, pendiri Dexa yang meninggal dua tahun lalu akibat limfoma.
Perpanjang usia penderita
Sementara itu Prof Rummel MJ dari RS Universitas Giessen Jerman mengemukakan dalam penelitian yang melibatkan dua kelompok terapi dimana satu menggunakan terapi Bendamustine dan kelompok lainnya menggunakan terapi CHOP-R menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan terapi Bendamustine plus Rituximab ternyata mampu meningkatkan waktu ke pengobatan berikutnya (TTNT). Ini artinya jadwal perawatan pasien NHL indolent berikutnya mencapai 69,5 bulan kemudian, jauh lebih lama dibanding pasien dengan CHOP-R.
“Usia harapan hidup pasien dengan terapi Bendamustine lebih lama dibanding terapi CHOP-R yang rata-rata 5 tahun setelah dipastikan terkena limfoma. Sebanyak 73,9 persen pasien dengan Bendamustine bisa bertahan hidup hingga 10 tahun,” jelas Rummel.
Obat Bendamustine diakui, Dr. Hilman Tadjoedin SpPD-KHOM, Ketua Himpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia, saat ini sedang dalam proses masuk ke daftar Formularium Nasional (Fornas) dari BPJS Kesehatan.
Limfoma sendiri disebabkan oleh sel-sel limfosit B atau T yaitu sel darah putih yang dalam keadaan normal atau sehat berfungsi menjaga daya tahan tubuh untuk menangkal infeksi bakteri, jamur, parasit dan virus. Pada kasus limfoma, sel tersebut menjadi abnormal dengan membelah lebih cepat dari sel biasa atau hidup lebih lama dari biasanya.
Pada dasarnya limfoma terbagi menjadi dua tipe yakni limfoma Hodgkin (LH) dan limfoma Non Hodgkin (LNH). Sekitar 90 persen pasien limfoma adalah penderita LNH.
Di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2013 mencatat sekitar14,500 orang menderita limfoma.