YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Obat-obat herbal sudah menjadi salah satu alternatif pengobatan Covid-19 di beberapa negara. Walaupun hingga saat ini belum ada obat herbal yang secara uji klinis dapat menyembuhkannya.
Prof apt Nurkhasanah SSi, MSi, PhD mengemukakan hal itu pada pidato pengukuhan Guru Besar bidang Ilmu Farmasi Sidang Terbuka Senat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Selasa (24/11/2020). Prof Nurkhasanah merupakan guru besar kedua di Fakultas Farmasi UAD.
Lebih lanjut Nurkhasanah mengatakan otoritas kesehatan Cina telah memasukkan Chinese Herbal Madecine dalam The National Covid-19 Diagnostic and Treatment Guideline yang dipublikasikan 22 Januari 2020. Traditional Chinese Medecine (TCM) telah menjadi salah satu komponen inti dalam sistem kesehatan nasional.
Sebulan setelah implementasi guideline, otoritas kesehatan Cina melaporkan prelimentary outcome bahwa integrasi Chinese-Western Medecine adalah pendekatan yang sangat menjanjikan untuk mengatasi Covid-19. “Dalam guideline tersebut telah dirumuskan formula TCM untuk golongan suspek dan golongan terkonfirmasi dengan klasifikasi berdasar gejalanya yaitu ringan, moderat, parah dan kritis dengan formula yang berbeda-beda,” kata Nurkhasanah.
Negara lain yang menggunakan obat herbal untuk Covid-19 adalah Jepang. Obat herbal yang dikembangkan Jepang adalah pengobatan trandisional kampo. Jepang sudah mengusulkannya kepada WHO sebagai salah satu alternatif pengobatan Covid-19.
Penggunaan obat herbal, kata Nurkhasanah, dapat meningkatkan sistem imun tubuh. UAD sendiri sudah mengembangkan banyak tanaman herbal dan membuktikannya di laboratorium UAD.
Tanaman yang dikembangkan dan diteliti di antaranya, rosela (hibiscus sabdariffa), ripang bengle (zingiber cassurmunar), jintan hitam (nigella sativa), dan meniran (phyllantus niruri). Penelitian immunomodulatory dari rosella telah memasuki uji praklinik dan uji klinik fase 1.
Biji jintan hitam dalam mengani penyakit metabolik telah memasuki uji klinik fase 3. “Diharapkan dalam jangka waktu dua tahun lagi, produk-produk immunomoduatory dari UAD dapat memasuki fase produksi,” katanya.
Sementara Rektor UAD, Dr Muchlas MT mengatakan bertambahnya Guru Besar pada Fakultas Farmasi akan membuka peluang membuka program studi (Prodi) S3. “Saat ini Fakultas Farmasi baru ada dua Prodi yaitu S1 dan S2. Bertambahnya profesor ini dalam waktu dekat Fakultas Farmasi akan memiliki Program Doktor,” kata Muchlas.
Selain itu, pencapaian gelar akademik tertinggi ini juga dapat memberi semangat bagi dosen-dosen UAD untuk meraihnya. “Universitas memberikan fasilitas agar banyak dosen UAD cepat meraih gelar guru besar,” harapnya.