24.1 C
Jakarta

Operasi Pemisahan Kembar Siam Ardi dan Ardan akan Libatkan 30 Dokter Spesialis

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Sebanyak 30 dokter spesialis dipastikan terlibat dalam operasi bayi kembar siam Ardi dan Ardan di RSAB Harapan Kita. Operasi pemisahan bayi kembar siam asal Tangerang tersebut dijadwalkan pada 16 November 2019 pukul 06:00 WIB.

“30 dokter sudah confirm terlibat dalam operasi kembar siam tersebut. Mereka adalah dokter-dokter dari RSAB Harapan Kita, RS Jantung Harapan Kita, RS Dharmais, RSPAD Gatot Soebroto, RS Cipto Mangunkusumo dan RS St Carolus,” kata Direktur Utama RSAB Harapan Kita Dr. dr. Didi Danukusumo, Sp.OG (K), Senin (5/11/2019).

Operasi pemisahan bayi kembar siam yang rekat dibagian perut dan dada bagian bawah (Thoraco Omphalopagus) tersebut diperkirakan akan memakan waktu 16 jam. Operasi akan dilakukan secara marathon dari pagi hari.

Operasi pemisahan bayi kembar siam Ardi dan Ardan yang kini sudah berusia 14 bulan tersebut akan dipimpin oleh Dr Johanes Edy Susanto dan operator dr Alex, spesialis bedah anak.

Pelibatan puluhan dokter spesialis tersebut dilakukan karena pada kasus bayi kembar siam selalu ditemukan kelainan organ tubuh. Seperti kelainan jantung, kelainan saluran pencernaan, kelainan saluran kencing dan kelainan extremitas.

Karena itu proses operasi bayi kembar siam Ardan dan Ardi juga melibatkan spesialis bedah anak, spesialis bedah thorax kardiovaskuler, spesialis bedah plastik, spesialis anestesi, spesialis anak, spesialis radiologi, spesialis patologi klinik, dan spesialis rehabilitasi medic.

Pada kasus bayi Ardi dan Ardan, tim dokter menemukan 16 kelainan mulai dari kepala, perut, hati, hingga kaki termasuk kelainan kembar siam. Bahkan organ hati Ardi dan Ardan ternyata menyatu dibagian tengahnya.

Dari dua bayi kembar siam tersebut ternyata Ardan memiliki tubuh lebih besar dibanding saudara kembarnya Ardi. Karena itu pada pelaksanaan operasi pemisahan nantinya, alokasi obat-obatan dan terapi 60 persen akan diberikan kepada Ardan.

“Misal obat anastesi, tentu berat badan menjadi pertimbangan. Kita akan kasih 60 persen untuk Ardan dan 40 persen untuk Ardi. Karena memang kedua bayi tersebut tidak sama besar,” lanjut Didi.

Tahapan persiapan operasi pemisahan kembar siam Ardi dan Ardan diakui Didi sudah dilakukan sejak 3 bulan lalu. Meliputi tindakan pemeriksaan pasien, pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebagai bahan dasar untuk perencanaan operasi pemisahannya.

Pertemuan tim medis, edukasi dan informed consent sudah disampaikan kepada keluarga. Dan keluarga telah menyetujui serta memahami hal-hal yang akan dihadapi setelah dilakukan operasi pemisahan.

Didi mengakui untuk operasi pemisahan bayi kembar siam ini membutuhkan biaya yang cukup besar sekitar Rp1,1 miliar. Seluruh biaya operasi tersebut ditanggung oleh donatur yang dikoordinasikan oleh Kitabisa.com.

RSAB Harapan Kita sendiri bukan pertama kali melakukan operasi pemisahan bayi kembar siam. Kasus Ardan dan Ardi dikatakan Didi merupakan operasi yang ke-4 dilakukan tim dokter RSAB Harapan Kita.

Adapun tiga kasus operasi kembar siam sebelumnya adalah tahun 1981 kembar siam Omphalopagus (dempet perut), tahun 2016 kasus kembar siam Thoraco Omphalopagus (dempet perut dan sebagian tulang dada) dan operasi ke-3 dilakukan pada tahun 2017 untuk kasus kembar siam Craniopagus (dempet kepala).

“Penanganan tiga kasus kembar siam tersebut, Alhamdulillah lancar dan saat ini bayi kembar siam tersebut tumbuh sehat dan normal,” jelas Didi.

Ia berharap proses operasi pemisahan bayi kembar siam Ardan dan Ardi berjalan sukses. “Kami mohon doa dari semua masyarakat, semoga kali ini tim dokter dapat melakukan operasi pemisahan dengan baik dan bayi Ardan maupun bayi Ardi bisa sehat tumbuh normal,” tambah Didi.

Kembar siam atau conjoined twins merupakan salah satu kasus kelainan bawaan yang ada di dunia. Menurut Global Report on Birth Defect yang dirilis March of Dimes Birth Defects Foundation pada 2006 menunjukkan prevalensi bayi dengan kelainan bawaan di Indonesia adalah 59,3 per 1000 kelahiran hidup.

Jika dibandingkan dengan Negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia masih termasuk Negara dengan prevalensi bayi dengan kelainan bawaan yang cukup tinggi. Sama seperti kelainan bawaan lainnya, penyebab munculnya kembar siap hingga kini belum diketahui.

Namun ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi diantaranya faktor genetic, faktor lingkungan, infeksi dan gizi.

“Kembar siam merupakan salah satu kelainan bawaan yang cukup menyita perhatian dunia medis karena penanganannya yang melibatkan mutidisiplin ilmu kedokteran dan banyaknya tim medis yang terlibat,” tutup Didi.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!