JAKARTA, MENARA62.COM – Ketua Umum Ikatan Istri Pimpinan (IIP) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Liza Erik Tohir mengatakan penanganan sampah di Indonesia selama ini kurang optimal. Padahal apabila tidak dikelola dengan baik, sampah dapat menimbulkan malapetaka seperti banjir, longsor, sumber penyebaran penyakit dan lainnya. Sebaliknya jika dikelola dengan tepat, sampah dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Karena itu, untuk memberikan edukasi terkait sampah, DWP IIP BUMN menggelar Webinar Gerakan Indonesia Bersih, Senin (26/10/2020). Gerakan Indonesia Bersih bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah.
“Tujuan dari acara edukasi virtual ini adalah untuk meningkatkan perilaku dan budaya masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, yang dimulai dari lingkungan kecil dan menuju ke komunitas masyarakat yang lebih luas,” kata Liza Erik Tohir yang juga Penasehat Dharma Wanita Pertsatuan (DWP) Kementrian BUMN.
Sementara itu, Devi Luhut B Pandjaitan selaku Ketua bidang IV Organisasi Aksi Kabinet Kerja (OASE) Kabinet Indonesia Maju mengakui kesadaran terhadap kebersihan khususnya mengenai pengelolaan sampah sebenarnya merupakan isu lama. Tetapi sampai saat ini isu tersebut masih relevan untuk dibahas dan tetap menjadi perhatian kita semua.
Menurutnya pengelolaan sampah yang baik dan berkesinambungan, sejatinya membutuhkan keterlibatan dan keseriusan semua elemen masyarakat mulai dari lingkup kecil hinggap lingkup besar. Persoalan sampah berkaitan erat dengan perilaku dan mental budaya masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
“Mari kita fokus belajar untuk tidak sekedar hanya mendengar namun terpenting adalah melakukan, agar kita lebih cerdas memahami pengelolaan sampah yang benar untuk kehidupan Indonesia yang lebih bersih, terutama pengelolaan sampah plastik,” kata Devi Luhut.
Devi Luhut mengingatkan bahwa sampah plastik menjadi ancaman kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena sampah plastik sulit terurai dengan tanah. Dibutuhkan waktu lebih dari 350 tahun semenjak kita membuangnya ketanah agar plastik benar-benar terurai. Jika tidak mewaspadai kondisi tersebut, maka pada tahun 2050 diperkirakan jumlah sampah yang terbuang ke laut akan jauh lebih banyak dibanding jumlah ikan yang bisa dimakan.
Tetapi dengan adanya para relawan, para Dharma Wanita yang tak lelah melakukan edukasi, maka kesadaran masyarakat terhadap bahaya sampah semakin meningkat.
“Banyak ibu-ibu yang ke pasar sudah tidak lagi menggunakan kresek atau plastik namun menggunakan tas kain, dan itu merupakan suatu kemajuan yang sangat kita banggakan. Banyak mall-mall yang sudah menolak tas plastik dan menggantikan dengan tas kain,” lanjutnya.
Menurut Devi Luhut sebenarnya kesadaran pengelolaan sampah harus dimulai dari lingkungan terkecil seperti keluarga. Di sinilah peran ibu rumah tangga amat besar untuk menjadi contoh bagi seluruh anggota keluarga dalam menggunakan plastik dan mengelola sampah rumah.
“Satu hal yang penting juga, kita bisa menyampaikan kepada teman-teman, contohnya teman arisan untuk tidak menggunakan botol plastik didalam setiap pertemuaan, tetapi menggantikannya dengan gelas atau botol tumbler,” tutup Devi Luhut.