MAGELANG, MENARA62.COM — Padi Gogo merupakan salah satu tanaman alternatif untuk deversifikasi bagi petani tembakau. Padi Gogo yang dikembangkan Universitas Jendral Sudirman (Unsoed) Purwokerto dapat memberikan keuntungan berlipat bagi petani tembakau.
Demikian diungkapkan Prof Ir H Totok Dwi Haryanto, MP, PhD, Guru Besar Unsoed Purwokerto pada Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) secara virtual, Jumat (6/8/2021). Pakar Pemuliaan Tanaman ini mengangkat tema ‘Sukses Menjadi Petani Gogo dan Pemasarannya.’
Selain Totok, Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah Unimma ini menampilkan pembicara Dr Abdillah Ahsan, SE, MSE, Dosen FEB Universitas Indonesia (UI) yang mengangkat tema ‘Peran DBHCHT dalam meningkatkan Pertanian.’ Sedang moderator Dra Retno Rusdjijati, MKes, Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Unimma. Sekolah Tani ini mengangkat tema ‘Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Tembakau melalui Optimalisasi Pemanfaatan DBHCHT dan Upaya Diversifikasi Pertanian.’
Dijelaskan Totok, di awal musim tanam 2021, petani tembakau di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami kendala akut yaitu kekeringan. Untuk mengatasi permasalahan, petani terpaksa membeli air agar tanaman tembakaunya bisa tumbuh. Bahkan ada yang membeli es batu agar penyiraman terhadap tanaman tembakau bisa awet.
Mengutip pernyataan Jopi Hendrayani, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Swadaya Lombok, Totok mengatakan kesejahteraan hanya mimpi bagi petani tembakau Lombok. Mereka terpaksa tetap menanam tembakau di bawah tekanan dan permainan industri.
Lebih lanjut Totok mengatakan tanaman tembakau di musim akan mengalami daun layu sehingga mutu rendah. Sedang di musim kemarau, lahan kekeringan sehingga petani terpaksa membeli air agar tanaman tetap hidup.
“Tanaman padi gogo menjadi salah satu tanaman deversifikasi usaha petani tembakau. Agar ketergantungan pada tanaman tembakau menurun. Pola tanamannya, tembakau – padi gogo – padi gogo – tembakau,” kata Totok.
Keunggulan padi gogo, kata Totok, jenis padi lahan kering, tetapi bisa ditanam pada musim hujan. Potensi hasil dan kualitas sama dengan padi sawah. Sedang budidayanya sangat mudah.
Saat ini, Unsoed sudah mengembangkan dua jenis padi gogo yaitu Inpago Unsoed 1 dan Inpago Unsoed Protani. Potensi hasil panen Unsoed 1 sebesar 7,2 ton/hektare gabah kering giling (GKG). Rata-rata hasil tinggi 4,9 ton/hektar GKG, aroma nasi wangi, dan tekstur nasi pulen.
Sedang Unsoed Protani, potensi hasil tinggi mencapai 9,06 ton/hektare GKG. Rata-rata hasil tinggi sebesar 5,77 ton/hektare GKG, tahan rebah, kandungan protein tinggi (9,81%), mengandung Zn (27ppm), dan tekstur nasi pulen. “Keunggulan Unsoed Protani ini bisa untuk mencegah dan mengatasi stunting,” katanya.