32.9 C
Jakarta

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Sukarmi Contoh Ghirah Ber-Aisyiyah di Kaki Gunung Lawu

Baca Juga:

MUHAMMADIYAH.OR.ID, KARANGANYAR-Menjadi seorarang guru itu harus tulus, jangan berharap pada pendapatan, Allah yang maha tahu untuk membalasnya”  kalimat itulah yang selama ini menjadikan peneguh hati sosok Sukarmi seorang Guru di TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) Bloran Kerjo, Karanganyar yang telah mengabdi selama 37 tahun.

Sukarmi berpegang teguh bahwa apa yang dia lakukan selamai ini merupakan bentuk ibadah dan pengabdiannyakepada Allah. Ia mengajar di TK Aba sejak tahun  1979, begitu banyak asam garam yang telah dirasakan Sukarmi sebagai guru. Di tahun pertama Ia mengajar sempat tidak digaji, karena saat itu kondisi masyarakat masih cukup memprihatinkan, dan kemudian di tahun berikutnya Ia digaji dengan besaran Rp 2.500., rupiah.

“Gaji menurut saya bukan yang utama,  karena pengabdian yang saya lakukan murni karena untuk mencerdaskan bibit-bibit bangsa,” ujar Ibu 4 orang anak dan 3 cucu tersebut.

Hingga 37 tahun pengabdiannya sebagai guru, Sukarmi yang merupakan lulusan Pendidikan Guru Agama (PGA) Karang Anyar tersebut masih berstatus sebagai guru honorer. Tak jarang dengan pengabdian yang telah lakukan cukup lama, namun hingga saat ini masih berstatus guru honorer Sukarmi kerap mendapatkan cibiran dari masyarakat sekitar Ia tinggal.

“ Saya percaya pada Allah yang telah mengatur rezeki hambanya, Alhamdulillah meskipun sampai sekarang saya hanya sebagai guru honorer segala kebutuhan rumah tangga dapat tercukupi,” ucap Sukarmi.

Selain itu, yang mempertahankan Ia menjadi guru di TK Aba yaitu berkat dorongan almarhum suaminya. “Suami berpesan, tidak perlu kamu (Sukarmi) mendengar omongan orang lain, tetap lah mengabdikan diri sebagai guru,” ujar Sukarmi.

TK Aba Bloran Kerjo sempat mengalami penurunan murid drastis, karena ada saingan TK lainnya yang didirikan di daerah tersebut, sebelumnya TK Aba Bloran Kerjo tidak pernah menerima murid baru dibawah 40 orang, namun setelah adanya TK baru tersebut, mengalami penurunan hingga menerima murid baru hanya 30 bahkan 20 orang.

Mengalami penurunan murid yang cukup signifikan tersebut tidak menghalangi rasa cinta Sukarmi yang juga seorang tukang jahit tersebut untuk mengabdikan diri sebagai guru. Ia tidak pernah mempermasalahkan berapa murid yang mendaftar di TK Aba Bloran Kerjo, namun yang Ia lihat sudah sejauh mana keberhasilannya dalam mendidik anak-anak.

“Sekolah bukan hanya tempat untuk menguasai kemampuan baca menulis, tetapi juga menjadikan sosok siswa yang menjadi mahluk sosial yang baik di lingkungannya,” ujar Sukarmi.

Selain aktif sebagai guru TK Aba Bloran Kerjo, Sukarmi juga aktif sebagai pengurus Ranting dan Cabang Aisyiyah. Berkat pengabdiannya tersebut Sukarmi berhasil mendapatkan Penghargaan Muhammadiyah Award pada Milad ke 104 Muhammadiyah beberapa waktu yang lalu. Ia pernah menjabat sebagai  anggota Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), dan Majelis Tabligh Ranting Aisyiyah. Selain itu, Sukarmi juga dikenal aktif sebagai guru ngaji bagi Ibu-Ibu, hingga saat ini terdapat 70 orang yang telah Ia ajarkan untuk mengaji.

Ketika ditanya mengenai tips agar betah dan bertahan menjadi seorang guru, Sukarmi mengatakan, menjadi seorang guru jangan difokuskan pada berapa upah yang akan didapatkan, namun berkacalah kembali, sudah sejauh mana pengabdian mu untuk agama, dan bangsa, yang telah kamu ukirkan dalam langkah kaki mu mengabdi sebagai pengajar.

“Menjadi guru saat ini harus mampu menyeimbangkan dua hal, yaitu kemampuan diri dalam mengikuti kemajuan teknologi dan kewajiban mengabdi,” tutup Sukarmi. (adam)

Redaktur : Dzar Al Banna

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!