YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo mengungkapkan Muhammadiyah merupakan cikal bakal perjuangan bangsa Indonesia. Muhammadiyah telah mencerdaskan kehidupan bangsa sejak awal sebelum merdeka.
Panglima TNI mengemukakan hal itu pada Pengajian Kebangsaan di Masjid Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Jalan Ring Road Selatan Yogyakarta, Ahad (4/6/2017). Pengajian dihadiri Rektor UAD Dr Kasiyarno, anggota DPR RI Hanafi Rais, Ketua Umum PP Aisyiyah, ribuan jamaah dari mahasiswa, masyarakat dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya.
Dijelaskan Panglima, kehadirannya pada pengajian kebangsaan ini untuk kepentingan TNI bukan Muhammadiyah. Sebab TNI berdasarkan undang-undang, tidak bisa mengamankan bangsa, menjaga keutuhan negara, kedaulatan bangsa, kehidupan bangsa tanpa bantuan para ulama dan santri, serta kader Muhammadiyah.
Panglima yang mengetengahkan judul ceramah “Tantangan dan Peluang menjadi Bangsa Pemenang dalam Kompetisi Global” juga mengingatkan ada bahaya yang mengancam Indonesia. Mengapa terjadi kompetisi global, persaingan antar negara? Karena bumi ini tidak semakin luas, dan penghuninya semakin banyak. Perkembangan manusia seperti deret ukur, sedangkan pertumbuhan penyediaan makan deret hitung. “Populasi pertumbuhan manusia, sedang penyediaan makan terbatas,” kata Gatot.
Semua negara akan mencari makan untuk mencukupi kebutuhan penduduknya. Sasarannya negara-negara di equator yaitu ASEAN, Afrika Tengah, dan Amerika Latin. “Di equator, masyarakatnya bisa bercocok tanam sepanjang tahun. Di equator ada energi, pangan, air. Sehingga penduduk di luar equator yang jumlahnya 9,8 miliar akan mencari akan di equator yang jumlah penduduknya hanya 2,5 miliar,” kata Gatot.
Sepanjang equator, negara yang paling banyak memiliki energi adalah Indonesia. “Maka begitu Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat, menteri yang dipilih adalah menteri luar negerinya yaitu mantan bos Exxon Mobil. Jelas yang dicari adalah energi dan pangan,” tandasnya.
Sementara Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengemukakan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, merupakan salah satu dari 172 perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) yang ada di seluruh Indonesia. Tiga di antaranya ada di Yogyakarta yaitu UAD, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Aisyiyah Yogyakarta (Unisa).
Kehadiran Panglima TNI JendralGatot Nurmantyo tentu datang tidak di tempat asing, tetapi hadir di rumah sendiri. Sebab Muhammadiyan bersama umat Islam sejak awal dengan segenap perjuangan, pengorbanan dan jihad fi sabilillah merebut kemerdekaan dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di antaranya, KH Ahmad Dahlan, Ki Bagus, Kasman, Kahar Mudzakkir, dan Jendral Sudirman. “Bagi kami, TNI adalah bagian dari Muhammadiyah dan umat Islam. Umat Islam dan Muhammadiyah bagian tak terpisahkan dari TNI,” kata Haedar.
Lebih lanjut Haedar mengatakan satu tahun lalu, Panglima TNI mengutus rombongan ke PP Muhammadiyah, saat itu sedang awal gencar isu komunisme. PP Muhammadiyah juga baru saja bersilaturahmi dengan Presiden Joko Widodo dan waktu itu pertama kali Presiden mengatakan bahwa tidak ada tempat untuk bangkitnya komunisme.
“Saat itu, saya sampaikan tidak benar juga isu pak Presiden akan memberikan pengampunan, dan meminta permaafan. Satu hari setelah kami membuat pernyataan dari istana, pak Gatot (Panglima TNI, red), satu-satunya tokoh yang bersuara lantang apa yang disampaikan PP Muhammadiyah itulah pendirian Tentara Nasional Indonesia (TNI),” kata Haedar.