JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, menggelar “Diskusi Upaya Peningkatan Kapabilitas Pengelola Geopark dalam rangka Mewujudkan Pariwisata Berkelas Dunia” pada Kamis—Sabtu, 30 September—2 Oktober 2021 di Hotel Vega, Serpong, Tangerang, Banten.
Diskusi tersebut bertujuan untuk memfasilitasi sekaligus menjadi forum diskusi bagi seluruh pengelola taman bumi (geopark) di Indonesia sehingga mereka dapat meningkatkan kapabilitasnya guna mewujudkan pariwisata yang berkelas dunia di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Diskusi dilakukan secara tatap muka dan daring. Peserta diskusi terdiri dari para pemangku kepentingan sektor pengelolaan geopark yang berjumlah 85 orang, yakni perwakilan kementerian/lembaga, badan pengelola Taman Bumi, praktisi ahli, akademisi, serta pemerintah daerah yang memiliki Taman Bumi di wilayah administrasinya.
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Anang Ristanto menyampaikan bahwa forum diskusi ini sangat penting diselenggarakan karena para pengelola membutuhkan sebuah wadah untuk saling berkomunikasi.
“Forum diskusi antarpengelola geopark sangatlah penting untuk diselenggarakan. Para pengelola geopark membutuhkan sebuah wadah diskusi untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi agar kapabilitas mereka dapat meningkat sehingga mampu mengembangkan geopark-nya masing-masing secara lebih maksimal dengan cara melestarikan dan memanfaatkan lingkungan alam dan geologi yang ada di dalamnya secara bijak,” ujarnya.
Indonesia memiliki lebih dari 110 warisan geologi nusantara berpotensi besar untuk menjadi negara megadiversity di bidang budaya, geologi, dan biologi. Hal ini dipertegas dengan penjelasan Ketua Harian KNIU, Itje Chodijah. “Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan geopark. Ia memiliki lebih dari seratus sepuluh potensi warisan geologi nusantara yang menjadikannya sebagai negara megadiversity di bidang budaya, geologi, dan biologi,” ujarnya.
Dari sisi keanekaragaman hayati lanjut Itje Chodijah, Indonesia dapat mengupayakan pengarusutamaan keanekaragaman hayati dalam segala sendi kehidupan. Keanekaragaman hayati itu pun menjadi modal pembangunan berkelanjutan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan, istilah bioprospeksi dan promosi/penjenamaan (branding) produk kawasan geopark.
Selain itu, Itje juga berkata bahwa KNIU selaku narahubung antara Pemerintah Indonesia di dalamnya termasuk para pengelola Taman Bumi dengan UNESCO mendukung secara penuh upaya pengembangan Taman Bumi Indonesia dan siap bekerja sama dengan Komisi Nasional Geopark Indonesia (KNGI) dikoordinatori oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves).
Dengan niat, konsistensi, dan kerja sama yang baik dari seluruh pemangku kepentingan, Taman Bumi Indonesia dapat makin maju dan berkelas dunia. Upaya pengembangannya pun untuk mencapai Taman Bumi dengan geopariwisata dan geoedukasi yang dapat membuka peluang untuk menciptakan lapangan melalui promosi budaya dan produk lokal akan dapat terealisasi.
Dewan Pakar Geopark Indonesia, Hanang Samodra, menjelaskan bahwa upaya perwujudan Taman Bumi berkelas dunia dapat dilakukan. “Melalui pemanfaatan kekayaan keanekaragaman geologi (geodiversity) yang ada di dalamnya. Keanekaragaman geologi tersebut yang berpeluang besar untuk menjadi warisan geologi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan geopariwisata serta menjadi dasar pembangunan kawasan secara berkelanjutan melalui pengembangan geopark, ” imbuhnya.
Dewan Pakar Geopark Indonesia, Mega Fatimah Rosana menjelaskan bahwa untuk menjadi Taman Bumi berkelas dunia harus memenuhi empat dasar pengembangan Taman Bumi, yaitu memiliki warisan geologis yang bernilai internasional, pengelolaan oleh sebuah badan yang berbadan hukum, memiliki visibilitas, dan mempunyai jejaring.
“Tantangan paling signifikan dalam pelaksanaan pariwisata berkelanjutan adalah meningkatkan kualitas pekerjaan pariwisata, melestarikan sumber daya alam dan budaya, membatasi dampak negatif di daerah tujuan wisata, termasuk pemanfaatan sumber daya alam dan produksi limbah, mempromosikan kesejahteraan masyarakat setempat, menggunakan kembali permintaan musiman, membatasi dampak lingkungan dari transportasi terkait pariwisata, serta membuat pariwisata yang dapat diakses oleh semua orang,” tambahnya.
Senada dengan pernyataan Mega, General Manager Gunung Sewu UGGp sekaligus Ketua Jaringan Geopark Indonesia, Budi Martono menjelaskan bahwa memang benar untuk menjadi Taman Bumi berkelas dunia harus memenuhi empat dasar pengembangan Taman Bumi. Empat dasar itu direalisasikan oleh Gunung Sewu UGGp ke dalam pelbagai praktik baik yang berorientasi pada pencapaian Taman Bumi berkelas dunia.
Tambah Hanang, “Untuk mewujudkan pariwisata geopark berkelas dunia, maka cara paling singkat adalah menjadi UGGp, karena UNESCO menjadi “label (branding)” kualitas yang paling diminati oleh para wisatawan dunia. Oleh karena itu, seluruh geopark nasional harus menyiapkan diri untuk menjadi UGGp dan para UGGp Indonesia harus terus mempertahankan statusnya.”
Selanjutnya, Mega mengajak seluruh peserta diskusi untuk meluangkan waktu sejenak untuk memikirkan gaya perjalanan dan bagaimana kita dapat membuatnya pariwisata lebih berkelanjutan dan mencoba praktik baik “Gerakan Cinta Lokal” dari sekarang untuk memulihkan sektor pariwisata dengan mengundang para wisatawan lokal sebelum mendatangkan kembali wisatawan dari luar negeri.