SOLO, MENARA62.COM – Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar kuliah umum dengan tema “Sastra dan Pelestari Tanda-Tanda Zaman”. Acara tersebut bertempat di Auditorium Moh. Djazman Kampus I UMS.
Dalam kesempatan tersebut sastrawan dan Dosen Universitas Indonesia (UI), Dr. Ibnu Wahyudi, M.A., menjadi pembicara pakar dan dipandu oleh Prof. Dr. Ali Imron Al-Ma’ruf, M.Hum., sebagai moderator kuliah umum.
Kuliah umum ini bertujuan untuk memperluas wawasan mahasiswa terkait peran penting sastra dalam mendokumentasikan, memahami, dan melestarikan tanda-tanda zaman di tengah perubahan sosial yang terus berlangsung. Sastra tidak pernah lepas dari latar belakang budaya kehidupan sastrawan.
Dalam kesempatan tersebut kegiatan dibuka oleh Kaprodi PBSI FKIP UMS Dr. Miftakhul Huda, M.Pd., yang mengungkapkan bahwa sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Berkaca dari zamannya karya sastra itu dilahirkan, dan melihat karakter sastra berdasarkan zamannya.
“Sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Berkaca dari zamannya karya sastra itu dilahirkan, dan melihat karakter sastra berdasarkan zamannya. Kita tidak hanya melihat masa lalu, kita melihat masa lalu untuk belajar masa depan. Dengan begitu kita akan bertemu dengan Artificial intelligence (AI) dan Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous (VUCA), dan lain-lain,” ujarnya Senin (23/12/2024).
Kuliah umum ini, lanjutnya, menjadi momentum penting bagi keluarga besar PBSI FKIP UMS untuk terus mendorong penguatan literasi sastra di kalangan mahasiswa, sekaligus membangun kesadaran akan peran strategis sastra dalam merekam dinamika zaman.
“Dengan sastra, tidak hanya memahami masa lalu, tetapi juga merancang masa depan yang lebih berbudaya dan manusiawi. Sastra sebagai teman setia dalam menghadapi perubahan zaman,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Ali Imron Al-Ma’ruf, M.Hum., mengungkapkan bahwa karya sastra yang diciptakan oleh sastrawan itu pasti merupakan refleksi sastrawan tersebut terhadap lingkungan sosial budayanya.
“Karya sastra yang lahir di dunia mencerminkan satu gejala atau fenomena satu zaman tertentu,” tuturnya saat mengawali kuliah umum.
Pembicara pakar, Dr. Ibnu Wahyudi, M.A., menyampaikan bahwa sastra itu menggunakan medium bahasa, sehingga tanpa penulispun dapat diidentifikasi siapa penulisnya sebab karya sastra itu memiliki kekhasannya.
“Sastra bukan sekadar karya kreatif, melainkan juga arsip kehidupan yang mencerminkan realitas zaman. Tidak semua penulis mendokumentasi situasi zaman. Sebuah karya sastra itu pasti ditulis oleh seorang penulis berdasarkan ide dan gagasan. Dengan memahami sastra, kita bisa melihat bagaimana sebuah generasi merespons berbagai perubahan,” tambahnya.
Menurutnya, dengan memahami sastra, kita bisa melihat bagaimana sebuah generasi merespons berbagai perubahan.
Kegiatan pada Selasa (17/12/2024) itu dihadiri oleh ratusan mahasiswa PBSI UMS, dosen, dan praktisi sastra. Para peserta terlihat antusias mengikuti pemaparan yang disampaikan, terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan pada sesi diskusi. (*)