SOLO, MENARA62.COM – Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Kota Bengawan menggelar Kajian Islam bertajuk “Di Kala Bencana Menimpa, Sebuah Kajian Penuh Hikmah” yang dipadukan dengan aksi nyata kepedulian terhadap saudara-saudara terdampak bencana. Kegiatan ini berlangsung pada Selasa (30/12/2025) di Masjid Al Huda Gurawan, Surakarta.
Kajian tersebut menghadirkan dua narasumber, yakni Kang Bambang Eko, S.Ag, Khodim KM3 PCPM Kota Bengawan, serta Bang Mursito dari tim asistensi Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah yang juga anggota MDMC Surakarta. Acara ini diikuti oleh kader Pemuda Muhammadiyah dan jamaah masjid dengan antusias.
Dalam pemaparannya, Kang Bambang Eko menekankan bahwa bencana harus disikapi dengan keimanan, kesabaran, dan kepekaan sosial. Menurutnya, kajian Islam tidak cukup berhenti pada pemahaman teks, tetapi harus melahirkan aksi nyata yang memberi manfaat langsung bagi sesama.
“Musibah adalah ujian sekaligus pengingat. Dari sinilah nilai kepedulian, gotong royong, dan solidaritas kemanusiaan harus benar-benar dihidupkan,” ujarnya.
Sementara itu, Bang Mursito menyampaikan laporan langsung kondisi terkini wilayah terdampak bencana di Sumatera Utara dan Aceh berdasarkan pengalamannya bertugas selama kurang lebih 20 hari di lapangan. Ia menjelaskan bahwa dirinya diamanahi untuk mengaktivasi pos koordinasi (poskor) Muhammadiyah, baik di tingkat wilayah, daerah, hingga pos pelayanan (posyan) di titik-titik terdampak.
“Saya berkeliling dari Sibolga, Langkat, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan beberapa daerah lain. Fokus kami saat ini ada di Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Langkat,” ungkap Mursito saat ditemui usai kajian.
Ia menjelaskan, kondisi di Kabupaten Langkat per 20 Desember 2025 relatif sudah membaik dan memasuki tahap pembersihan serta perencanaan hunian bagi rumah warga yang rusak. Hal serupa terjadi di Tapanuli Selatan, yang kini membutuhkan penguatan hunian darurat dan pemenuhan logistik bagi para penyintas.
Namun, kondisi berbeda masih dirasakan warga Tapanuli Tengah. Hingga pertengahan Desember, sejumlah rumah masih tertimbun lumpur setinggi 1 hingga 1,5 meter. Akses jalan terputus, air bersih sulit diperoleh karena sumur tertutup lumpur, dan jaringan PAM terganggu akibat banjir dan longsor.
“Listrik di beberapa titik, khususnya di Kecamatan Tukka, Desa Sipange, masih belum menyala. Untuk mengambil air saja, warga harus menyalakan genset terlebih dahulu,” jelasnya.
Selain itu, kendala jaringan komunikasi di daerah lereng pegunungan membuat tim MDMC mengupayakan penggunaan Starlink agar warga dapat berkomunikasi dengan keluarga dan tim kemanusiaan bisa melaporkan perkembangan kondisi lapangan secara berkala.
Mursito juga menyinggung kondisi Aceh Tamiang yang hingga 20 Desember masih sangat memprihatinkan. Jalan-jalan kecil menuju rumah warga dipenuhi lumpur dan kayu gelondongan, sehingga pemulihan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
“Upaya kami tidak hanya berhenti di masa tanggap darurat, tetapi berlanjut ke masa transisi hingga rehabilitasi dan pemulihan,” tegasnya.
Melalui kajian ini, PCPM Kota Bengawan berharap dapat menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa dakwah Islam tidak terpisah dari kerja-kerja kemanusiaan. Kajian yang memadukan nilai spiritual dan aksi sosial ini menjadi wujud nyata peran Pemuda Muhammadiyah dalam merespons bencana dengan iman, ilmu, dan kepedulian. (*)

