SOLO, MENARA62.COM — Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surakarta mengadakan refreksi milad ke-108 di aula balai muhammadiyah kota Surakarta, Selasa (29/8/2017).
Refleksi milad pada kali ini menghadirkan tiga nara sumber adalah, Salhan Abdul Hamid tokoh muhammadiyah yang sudah berumur 89 tahun yang pernah berkecimpung di Muhammadiyah sebagai kepala SGA, pengurus panti asuhan dan dakwah di jurnalis Adil.
Pembicara yang kedua, Ichwan Dardiri (78), aktif di Muhammadiyah, jurnalis Adil, dewan kehormatan PGRI, dan juga pernah menjadi mayoret drumband Hizbul Wathan.
Tokoh ketiga, MT Arifin, tokoh masyarakat yang pernah melakukan penelitian tentang Muhammadiyah.
Menurut Suyanto, ketua pelaksana milad ke-108 kali ini mengatakan, kegiatan refleksi yang menghadirkan ketiga tokoh ini bertujuan memberikan motivasi, pemahaman dan wawasan yang luas terkait dengan Muhammadiyah yang dulu, sekarang dan yang akan datang.
Suyanto menambahkan, milad kali ini juga mengadakan beberapa kegiatan diantaranya refleksi milad, upacara milad, lomba olah raga, jalan sehat keluarga Muhammadiyah dan resepsi milad.
Sahlan Abdul Hamid menceritakan awal kegiatannya berkecimpung di SGA atau sekolah guru A yan kemudian berganti SPG. Selain itu, ia juga menjadi pengasuh panti asuhan dan pengelola koran Adil. Diakhir cerita, Abdul Hamid berpesan, ikutilah orang tua atau meneladani tokoh orang tua Muhammadiyah dan yang muda harus diberi kesempatan dalam arti kaderisasi Muhammadiyah.
Begitu juga dengan Ichwan Dardiri yang menceritakan pernah membentuk paduan suara Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiah yang menyebabkannya dipanggil untuk mengajar di PGA. Selain menjadi birokrat pemerintahan, ia pernah juga menjadi ketua paguyuban dalang Jawa Tengah, menjadi ketua dewan kehormatan PGRI Jateng.
“Semua itu karena Muhammadiyah, saya harus bersyukur menjadi anggota Muhammadiyah,” ujarnya.
MT Arifin menceritakan perkembangan Muhammadiyah kota Surakarta sesuai dengan penelitiannya, dari awal berdirinya di Surakarta yang dikenal masyarakat dengan eksis keagamaannya, hingga pidato Preside Suharto pada saat muktamar di Surakarta. “Siapa yang tidak kenal dengan Muhammadiyah,” ungkap MT Arifin.
MT Arifin juga menceritakan tentang adanya Hizbul Wathan yang merupakan model kepanduan saat itu di Mangkudegaran.