JAKARTA, MENARA62.COM– Indonesia akan memasuki era bonus demografi yang puncaknya terjadi pada 2030. Era dimana jumlah angkatan kerja sangat besar tersebut tentu harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
“Saat ini sebenarnya era bonus demografi sudah mulai berjalan di Indonesia, dimana salah satunya jumlah kelas menengah terus bertambah,” papar Elda Luciana Pardede, pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan doktoralnya di Fakultas Spatial Science, Universitas Groningen, dalam diskusi Bonus Demografi 2030, Berkah atau Bebena? yang digelar Neso Indonesia dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda pada acara tahunan StuNed Day di KBRI di Denhag, Belanda kemarin.
Elda dalam paparan komprehensif mengatakan bahwa ada prasyarat yang harus dipenuhi untuk menyikapi era bonus demografi tersebut. Yaitu sinergi antar sektor dalam hal kesehatan, tata kelola, kebijakan ekonomi dan pendidikan yang kondusif, dan kondisi serta kualitas pekerja produkti terutama dari sisi kesehatan dimana termasuk di dalamnya reproduksi, kebutuhan dasar dan pendidikan.
Nara sumber lainnya, Andy Aryawan, pelajar Indonesia, penerima beasiswa StuNed dari pemerintah Belanda yang sedang studi magister di bidang Urban Environmental Management di Universitas Wageningen menyoroti pentingnya pembenahan kebijakan di sektor invetasi, pendidikan, birokrasi dan transfer of knowledge jika kita ingin bonus demografi ini benar-benar terealisasikan. Peran pelajar sangat penting kerena mereka lah yang nanti akan duduk di ruang kendali republik ini dan waktu yang dimiliki hanya tiga belas tahun untuk menjadikan situasi ini benar – benar menjadi berkah.
Diskusi yang dipandu oleh Delphine, mahasiswi program doktoral bidang Urban Planning di Utrecht University, berjalan dengan sangat dinamis dan kritis
Duta Besar Puja dalam sambutannya mengatakan bahwa selama masa studi di Belanda para pelajar harus benar-benar memanfaatkan secara maksimal bukan saja kualitas dan fasilitas pendidikan yang ada. Tetapi juga kesempatan mengembangkan jejaring internasional sehingga mereka memiliki daya saing tinggi di tataran global.
Peter Potman sebagai wakil dari pemerintah Belanda menekankan pentingnya people-to-people contact sebagaimana direalisasikan oleh mobilitas pelajar Indonesia ke Belanda dan sebaliknya dalam memperkuat kerjasama bilateral Indonesia dan Belanda.
Mervin Bakker, Direktur Nuffic Neso Indonesia menambahkan bahwa jumlah pelajar Indonesia di Belanda meningkat cukup tinggi dimana pada saat ini ada sekitar 2400 pelajar Indonesia di Belanda yang tentunya sangat potensial bagi perkembangan kerjasama kedua negara dalam tataran kemitraan yang saling menguntungkan