28.8 C
Jakarta

Pelajar Indonesia gelar Footure Festival di Cambridge

Baca Juga:

LONDON, MENARA62.COM — Pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Inggris, mengelar acara Footure Festival promosi budaya Indonesia di kota pelajar Cambridge, akhir pekan lalu. Mereka tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Cambridge, Oxford, dan Norwich, menggelar acara itu bekerja sama dengan KBRI London.

Antara melansir, festival Indonesia diadakan di St Andrew`s Street Baptist Church, Cambridge, diusung PPI Cambridge, PPI Norwich, dan PPI Oxford dalam rangka mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat setempat, khususnya di wilayah East Anglia.

Ketua PPI Cambridge, Olga Laurentya engatakan, festival diadakan PPI gabungan merupakan kesempatan mempromosikan budaya dan Indonesia dikemas dalam berbagai topik. Berbagai kegiatan diadakan termasuk pembahasan tentang warisan budaya dan kuliner Indonesia, workshop tari Bali dan pembuatan tempe, serta pemutaran film Indonesia, dan promosi kuliner.

Footure Festival dibuka Dubes Indonesia di London Dr Rizal Sukma dihadiri Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London, E Aminudin Aziz. Rizal memberikan apresiasi, dan menyatakan acara seperti ini perlu dilakukan secara berkala,  sebagai sarana promosi budaya dan warisan nusantara.

Beberapa kegiatan diadakan diantaranya Workshop tari Bali oleh Putu Natih, calon DPhil, Universitas Oxford. Putu belajar tari tradisional Bali dan gamelan sejak usia 6 tahun sering mengadakan lokakarya tari di Inggris, seperti di Bedfordshire, Exeter, dan Oxford. Ia mengenalkan Tarian Bali yang jarang dipentaskan, diantaranya tari Manuk Rawa. Tarian ini merupakan salah satu bagian dari sendratari Mahabharata. Tari manuk rawa biasanya dibawakan lima sampai tujuh penari wanita yang menggambarkan perilaku seekor burung air rawa.

Tempe

Footure Festival juga memperkenalkan kuliner khas Indonesia, tempe yang disampaikan oleh Amadeus Driando Ahnan-Winarno, PhD Student, UMass Amherst, Amerika Serikat, yang menyebutkan tempe sebagai makanan yang terjangkau, sehat, lezat, dan berkelanjutan. Ia juga menjelaskan cara pembuatan tempe yang mudah dilakukan dengan waktu yang tidak terlalu lama.

Dalam Footure Festival juga dibahas perspektif lokal pendidikan dan pembangunan di pedesaan Papua oleh Rupert Stasch, dari Departmen Sosial Antropologi, University of Cambridge, dan Rangga Dachlan, MPhil Arkeologi di University of Cambridge, yang juga staff pengajar Fakultas Hukum di Universitas Gadjah Mada, yang membahas warisan kultur Indonesia.

Selain itu juga digelar pemutaran pemutaran film yang berjudul Tabula Rasa, dilanjutkan dengan Bazar Batik dan Kuliner yang mempromosikan makanan. Seperti, nasi goreng, martabak manis, tempe bacem, rujak serut, tempe mendoan, tahu isi, lumpia, bakwan, bakso malang, dan cilok.

Beragamnya acara yang digelar ini, mendapatkan apresiasi dari masyarakat Indonesia yang berada di Cambridge dan sekitarnya. Selain itu, juga warga Inggris. Salah satunya, Erica, yang antusias membahas budaya Indonesia. Selain itu, ia juga puas dengan acara bazar makanan.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!