SURABAYA, MENARA62.COM — Pelindo dalam arus perubahan. Kondisi ini menjadi bagian inheren, yang tidak bisa dipisahkan dari keinginan perbaikan yang dilakukan Pelindo dalam dua tahun terakhir melakukan merger.
Salah satu perbaikan itu, dilakukan oleh perusahaan operator terminal PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP). Perusahaan ini, tengah gencar melakukan transformasi di seluruh area kerja perseroan. Hal itu dilakukan SPTP untuk meningkatkan pelayanan terhadap para perusahaan pelayaran yang menjadi pelanggan utamanya. Standar pelayanan di area terminal peti kemas menjadi perhatian utama perusahaan untuk memberikan layanan yang optimal dan efisien.
Siaran pers yang dilansir dari situs Pelindo.co.id menyebutkan, Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas Widyaswendra mengungkapkan tentan transformasi Pelindo. Transformasi yang dilakukan perseroan menyasar berbagai aspek.
Menurutnya, ada empat tahapan transformasi terminal peti kemas yang dilakukan oleh SPTP. Pada tahap pertama, pihaknya mengidentifikasi ketimpangan layanan saat ini dengan layanan yang terstandar. Melakukan penataan ulang lapangan, memenuhi kebutuhan dasar untuk kegiatan operasional dan menganalisa kondisi serta kebutuhan alat suatu terminal.
“Pada tahapan selanjutnya kami juga melakukan standarisasi keterampilan dan pengetahuan bagi para pekerja operasional. Hal ini penting karena mereka yang akan menjalankan kegiatan operasional di lapangan,” jelas Widyaswendra, pada Selasa (19/9/2023) lalu.
Ia menjelaskan, selain peningkatan keterampilan pekerja, pada tahap kedua transformasi mulai menyentuh aspek operasional. Kegiatan bongkar muat peti kemas di terminal dijalankan dengan berbasis perencanaan dan pengendalian (planning and control).
Di tahap ini pula, menurutnya, perseroan mulai melakukan pemenuhan peralatan pendukung kegiatan bongkar muat juga peningkatan infrastruktur dasar terminal peti kemas. Kepedulian dan kesadaran terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses transformasi.
“Terhadap pemenuhan peralatan, salah satu caranya adalah dengan optimalisasi aset. Artinya terhadap beberapa peralatan di pelabuhan asal yang pemanfaatannya kurang optimal, kami pindahkan ke pelabuhan lain yang membutuhkan. Seperti quay container crane yang kami pindahkan dari Pelabuhan Ternate ke Kaltim Kariangau Terminal juga rubber tyred gantry crane dari Kaltim Kariangau Terminal ke TPK New Makassar,” katanya.
Tahap ketiga, transformasi terminal peti kemas mulai menyentuh aspek digitalisasi proses bisnis. PT Pelindo Terminal Petikemas menginisiasi penggunaan single terminal operating system (TOS) di seluruh terminal yang dikelola perseroan. Penggunaan single TOS saat ini telah terimplementasi di TPK New Makassar dan TPK Ambon. Secara bertahap, single TOS ini akan diimplementasikan di terminal peti kemas lain di bawah pengelolaan SPTP. Penggunaan single TOS diharapkan dapat mendukung tersedianya data dan informasi yang cepat dan tepat guna mewujudkan terminal peti kemas yang berkinerja tinggi dan juga andal.
“Tahap keempat transformasi kami sudah berbicara mengenai ekosistem kepelabuhanan. Seperti pertukaran data dengan pemangku kepentingan dan perusahaan pelayaran, pemilik barang, ekspedisi, perbankan,” ujarnya.
Sebelas Terminal
Hingga tahun 2023 ini PT Pelindo Terminal Petikemas telah menyelesaikan proses transformasi di sebelas terminal. Kesebelas terminal itu adalah; TPK Sorong, TPK Nilam, Tanjung Priok 1 Zona 3, TPK Jayapura, TPK Tarakan, TPK Pantoloan, TPK Kupang, TPK Ambon, TPK Belawan, TPK New Makassar, dan TPK Perawang.
Sementara itu, ada terminal peti kemas yang saat ini masih proses transformasi, yaitu TPK Bitung dan TPK Semarang.
Kepala PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) Cabang Jayapura Slamet Sampurno merasakan manfaat transformasi yang dilakukan oleh SPTP. Dia menyebut, kinerja bongkar muat pada tahun 2021 berkisar 26 boks setiap jam (B/S/H) kini berkisar rata-rata 32 boks setiap jam. Salah satu kapal yang dikelola pelayaran SPIL bahkan menyelesaikan bongkar muat peti kemas sebanyak 650 boks dalam waktu kurang lebih 11 jam.
“Kinerja operasional sudah semakin baik, kapal SPIL rata-rata 5 kali kedatangan di TPK Jayapura dengan rata-rata muatan 600-800 boks,” ujarnya.
Transformasi terminal peti kemas juga dirasakan oleh pengguna jasa di TPK Belawan, Sumatera Utara. General Manager PT Tanto Intim Line Bustanul Arifin Siregar mengatakan kinerja bongkar muat di TPK Belawan mengalami peningkatan hingga rata-rata mencapai 45 BSH (bongkar muat peti kemas pada 1 kapal dalam 1 jam). Pihaknya menyebut dalam sebulan perusahaan pelayaran PT Tanto Intim Line memiliki 11 jadwal kedatangan kapal dengan rata-rata bongkar muat sebanyak 1.300-1.600 TEUs.
“Dengan peningkatan kinerja bongkar muat tersebut waktu sandar kapal (port stay) menjadi lebih cepat, sehingga bisa segera berangkat untuk menuju ke pelabuhan selanjutnya, kami harapkan kinerja ini bisa tetap terjaga dan dapat ditingkatkan,” katanya.
Pengamat maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November Saut Gurning, menyambut baik pengoperasian terminal peti kemas dalam satu entitas subholding PT Pelindo Terminal Petikemas. Hal itu akan mempermudah proses perencanaan dan koordinasi sehingga setiap terminal memiliki keseragaman. Standardisasi dan kesamaan proses bisnis menjadi satu perhatian yang harus segera diselesaikan oleh perseroan.
“Kinerja operasional juga perlu ditingkatkan, agar waktu kapal di terminal lebih cepat atau dipangkas, sehingga tujuan menekan biaya dan meningkatkan kinerja logistik dapat tercapai,” ujarnya.
Terminal
Pakar ekonomi dan manajemen pelabuhan dan maritim Prof Theo Netteboom dalam situs poteconomics.eu mengatakan, terminal akan menjadi fokus utama strategi kompetitif dimasa depan. Kompetisi itu bukan lagi di pelabuhan. Persaingan antar pelabuhan semakin digantikan oleh persaingan antar pelaku pasar yang seringkali hadir di lebih dari satu pelabuhan. Lihat saja operator terminal global seperti PSA, DP World, Hutchison Ports, dan APM Terminals, atau penyedia layanan logistik dan transportasi multimoda. Mereka, selain mengoperasikan berbagai moda transportasi, juga telah menggabungkan aktivitas bongkar muat, penyimpanan, penerusan dan lainnya dalam satu ‘paket’ untuk pengirim barang. Persaingan pelabuhan juga dapat melibatkan persaingan antar otoritas pelabuhan dengan tujuan untuk menawarkan fasilitas terbaik (baik material maupun non-material) kepada semua aktor yang terlibat dalam rantai pasokan berbagai perdagangan. Misalnya perusahaan bongkar muat, perusahaan pelayaran, pengirim barang, dan operator multimoda.