25.9 C
Jakarta

Pelindo Menyongsong Mentari di Pelabuhan

Baca Juga:

Penggabungan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo pada 1 Oktober 2021, merupakan salah satu tonggak penting dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kepelabuhanan nasional. Penting, namun tidak gampang, tetapi bukan tidak mungkin bisa diwujudkan.

Langkah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, sebagai pemimpin yang berani mengambil resiko, melihat merger ini sebagai langkah maju. Menurutnya, merger itu akan membuka pintu menuju masa depan yang cerah bagi Pelindo. Paling tidak, merger itu akan mendorong transformasi operasional dan peningkatan kapabilitas sumber daya manusia (SDM). Sebagai salah satu upaya serius untuk mewujudkan kepedulian pada bangsa ini sebagai negara maritim.

Transformasi Operasional

Salah satu fokus utama Pelindo pasca-merger adalah transformasi operasional. Dengan standardisasi dan sistematisasi pelabuhan yang kuat, mereka berharap bisa menciptakan pelabuhan-pelabuhan yang unggul dalam hal efisiensi dan pelayanan. Satu hal yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo, mengingat kondisi pelabuhan sebelumnya yang belum efisien dan belum mampu memberikan pelayanan terbaik.

Apa yang dilakukan, memang bukan hal baru dalam sistem manajemen moderen. Standarisasi. Ya, dengan standarisasi berbagai hal yang diterapkan di seluruh jaringan pelabuhan, Pelindo diharapkan akan mampu memberikan layanan yang lebih konsisten kepada pelanggan dan semua pemangku kepentingan.

Transformasi operasional yang ditekankan oleh Pelindo pasca-merger, menjadi komponen kunci dalam mencapai tujuan mereka. Mimpinya, bisa menjadi pemain utama dalam industri pelabuhan. Paling tidak, ada dua hal yang terus dikerjakan dengan serius, yaitu tentang upaya mereka dalam standarisasi dan sistematisasi pelabuhan.

Pertama, standarisasi Pelabuhan. Pelindo memiliki visi untuk menciptakan pelabuhan-pelabuhan yang seragam dalam hal operasional. Dengan menerapkan standar yang konsisten di seluruh jaringan pelabuhan mereka. Pelindo ingin memastikan bahwa setiap pelabuhan, dapat beroperasi dengan efisiensi yang sama. Standarisasi ini mencakup prosedur keamanan, penanganan kargo, manajemen rantai pasokan, dan aspek lainnya dari operasi pelabuhan.

Kedua, sistematisasi proses. Pelindo juga berkomitmen untuk meningkatkan sistematisasi proses di seluruh pelabuhannya. Ini mencakup penggunaan teknologi modern untuk mengotomatisasi proses yang ada. Dari penggunaan teknologi yang sebelumnya mungkin dilakukan secara manual, menuju teknologi digital yang lebih canggih, bahkan dengan memanfaatkan aplikasi untuk mempermudah proses. Aplikasi andalan yang diterapkan Pelindo supaya waktu port stay di pelabuhan bisa dipangkas, satu diantaranya adalah Phinnisi (Vessel Management System).

Aplikasi digunakan untuk mempercepat kegiatan pelayanan kapal, mulai dari pengajuan layanan sampai dengan kebutuhan billing dan reporting. Sistem ini langsung terintegrasi dengan Inaportnet sehingga membuat pelayanan semakin cepat. Dengan sistematisasi yang kuat, diharapkan Pelindo dapat mengelola arus lalu lintas kargo dengan lebih baik, mengurangi waktu tunggu, dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

Ketiga, integrasi data dan informasi. Transformasi operasional juga mencakup integrasi data dan informasi di seluruh jaringan pelabuhan. Pelindo berusaha membangun sistem yang saling terhubung dengan baik. Tujuannya, agar semua data tentang kegiatan di pelabuhan, dapat dengan mudah diakses dan dianalisis. Hal ini, akan membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik dan responsif terhadap perubahan kondisi pasar.

Keempat, peningkatan keamanan. Dalam konteks kepelabuhanan, keamanan merupakan aspek yang sangat tidak boleh dilupakan. Melalui standarisasi, sistematisasi, dan investasi dalam teknologi keamanan terkini, Pelindo berharap bisa memastikan pelabuhan-pelabuhan yang dikelola, aman dari ancaman keamanan apa pun. Soal keamanan ini, bukan sekedar terkait dengan perlindungan fisik pelabuhan, tetapi juga keamanan data dan informasi yang ada di basis data mereka.

Kelima, efisiensi logistik. Tentu saja, soal logistik ini tidak bisa ditinggalkan. Inilah yang menjadi tulang punggung keberadaan pelabuhan. Dengan memperbaiki proses dan aliran logistik di pelabuhan, Pelindo berharap dapat meningkatkan efisiensi secara keseluruhan. Jika semua  bisa berjalan dengan baik dan seperti yang direncanakan, diharapkan bisa memberikan manfaat bagi pelanggan yang menggunakan layanan pelabuhan mereka. Pada akhirnya, tentu saja bisa membantu mengurangi biaya logistik nasional.

Transformasi operasional ini, menjadi langkah nyata dalam upaya meningkatkan daya saing Pelindo di pasar global yang semakin kompetitif. Tantangannya, menurut Prof Theo Noteboom, pakar ekonomi dan manajemen pelabuhan dan maritim, dalam situs porteconomicsmanagement-org, globalisasi produksi dan konsumsi, telah memunculkan jaringan transportasi global, dan perubahan hubungan antar pelabuhan, hubungan pelabuhan-pedalaman, dan logistik. Situasi ini telah menciptakan persaingan yang lebih besar antar pelabuhan.

Pengirim, penyedia layanan logistik, dan perusahaan pelayaran tidak serta merta akan memilih pelabuhan, namun mereka memilih jejaring pelabuhan sebagai sebuah simpul. Untuk menanggapi kebutuhan perdagangan dan rantai pasokan internasional, pelabuhan perlu mengakomodasi dan menangani kapal yang lebih banyak dan lebih besar, serta moda transportasi pedalaman dengan lebih cepat. Tren tersebut dan meluasnya peran sektor swasta dalam kegiatan pelabuhan telah memaksa pelabuhan menjadi lebih berorientasi pasar, lebih inovatif, dan lebih tanggap terhadap kebutuhan seluruh pelaku perdagangan yang melewati pelabuhan.

Persaingan pelabuhan telah menjadi konsep yang kompleks, dan memiliki banyak aspek. Sifat dan karakteristik persaingan tergantung, antara lain, pada jenis pelabuhan yang bersaing. Misalnya pelabuhan pengumpan, pelabuhan hub, dan kelompok kargo seperti peti kemas, curah cair, curah kering, dan kargo umum non-peti kemas. Dalam pengangkutan peti kemas, harus dibedakan antara pusat muatan besar atau pelabuhan utama/hub dan pelabuhan regional atau pelabuhan pengumpan yang lebih kecil. Pusat muatan ini terutama bersaing untuk mendapatkan layanan kapal antarbenua laut dalam, dengan dilayani oleh kapal-kapal besar berkapasitas hingga 24.000 TEUs sedang dikerahkan. Pelabuhan regional, mengupayakan koneksi ke sebanyak mungkin pusat muatan terdekat dan memiliki konektivitas pedalaman regional yang baik.

Noteboom memberikan catatan, terminal telah menjadi fokus utama strategi kompetitif, bukan pelabuhan. Artinya, persaingan antar pelabuhan semakin digantikan oleh persaingan antar pelaku pasar yang seringkali hadir di lebih dari satu pelabuhan. Kita bisa menyaksikan, operator terminal global seperti PSA, DP World, Hutchison Ports, dan APM Terminals, atau penyedia layanan logistik dan transportasi multimoda. Mereka, selain mengoperasikan berbagai moda transportasi, juga telah menggabungkan aktivitas bongkar muat, penyimpanan, penerusan dan lainnya dalam satu ‘paket’ untuk pengirim barang. Persaingan pelabuhan juga dapat melibatkan persaingan antar otoritas pelabuhan, dengan tujuan untuk menawarkan fasilitas terbaik (baik material maupun non-material) kepada semua aktor yang terlibat dalam rantai pasokan berbagai perdagangan. Rantai pasokan itu, misalnya perusahaan bongkar muat, perusahaan pelayaran, pengirim barang, dan operator multimoda.

Namun, dengan standarisasi, sistematisasi, dan peningkatan keamanan yang terus berlanjut, Pelindo memiliki landasan yang kuat untuk mencapai status kepelabuhanan yang unggul dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia secara lebih luas, dan bahkan bisa menjangkau jejaring pelabuhan dunia.

Peningkatan Kapabilitas SDM

Organisasi dan pengelolaan SDM di bidang pelabuhan mempunyai karakteristik tersendiri. Keduanya, menjadi bagian integral dari proses transformasi dan penyelenggaraan pelayanan utama dan sekunder di pelabuhan secara efisien dan produktif.

Pelindo juga memahami arti pentingnya memiliki tenaga kerja yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu, mereka berkomitmen untuk meningkatkan kapabilitas SDM mereka. Investasi dalam pelatihan dan pengembangan SDM menjadi salah satu aspek utama dalam rencana mereka. Pelatihan ini bukan lagi sekedar keinginan, namun menjadi tuntutan dari sistematisasi dan proses yang dibangun. Dengan SDM yang lebih terampil dan terlatih, Pelindo akan lebih siap untuk menghadapi tantangan masa depan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam berbagai kesempatan juga mengingatkan tentang pentingnya peningkatan kapabilitas SDM. Temasuk juga SDM muda yang lebih melek pada IT dan media sosial. Mereka mampu meningkatkan citra yang lebih baik, jika didukung dengan kemampuan dan kesadaran dari revolusi mental yang telah ditanamkan dengan baik.

Dalam makalahnya, Petya Koralova PhD, senior assistant professor, Todor Kableshkov Higher School of Transport, Sofia, Bulgaria mengingatkan tiga hal penting soal SDM kepelabuhan dan maritim. Dilansir dari situs uni-muenchen.de, pertama, terkait dengan kebijakan negara untuk pengelolaan SDM di bidang transportasi laut. Kedua, perkembangan ekonomi global. Ketiga, status pasar tenaga kerja di sektor transportasi laut. Keempat, tren demografi negara. Kelima, penguasaan teknologi dan inovasi.

Selain itu, Petya Koralova juga memberi catatan penting dalam pengembangan SDM ini, terkait dengan pentingnya dukungan finansial dan organisasi kepegawaian yang baik.

Sebagai catatan akhir, satu hal baik, bahwa penggabungan Pelindo, bisa jadi menjadi bukti komitmen pemerintah untuk memajukan sektor pelabuhan Indonesia. Dengan transformasi operasional dan peningkatan kapabilitas SDM yang terus berlanjut. Pelindo, bisa dan akan memainkan peran yang semakin vital dalam mendukung ekonomi nasional dan membawa kepelabuhanan Indonesia ke level yang lebih tinggi. Semoga!

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!