29.2 C
Jakarta

Pemerintah Ingin Tingkatkan Riset bidang Kesehatan

Baca Juga:

DENPASAR, MENARA62.COM – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir menyebutkan pembangunan SDM Indonesia dimulai dari masa kehamilan, setelah lahir, dilanjutkan dengan pemenuhan gizi pada 1000 hari kehidupan pertama. Dengan cara seperti ini maka diharapkan tidak ada lagi kasus stunting.

“Kesehatan dibutuhkan untuk menghasilkan SDM unggul. Oleh sebab itu kami buat pemetaannya. Kami juga ingin meningkatkan riset-riset di bidang kesehatan dan obat herbal,” tutur Menteri Nasir, dalam siaran persnya, Selasa (27/8).

Berbicara mengenai pengembangan riset, Menteri Nasir menjelaskan bahwa saat ini Pemerintah memberikan perhatian lebih, terutama untuk bidang kesehatan, pangan, dan teknologi informasi. Pada tahun 2020, pihaknya juga menyebut dana abadi riset meningkat, dan telah disetujui sekira Rp6 triliun. Peningkatan tersebut, lanjut Menteri Nasir, dinilai cukup signifikan dan akan dimanfaatkan secara maksimal, termasuk untuk meningkatkan kolaborasi riset dengan peneliti dunia.

Selain itu, hal penting lainnya terkait pengembangan SDM melalui peningkatan layanan kesehatan adalah terakreditasinya rumah sakit. Saat ini Kemenristekdikti memiliki Rumah Sakit dan Rumah Sakit Gigi Mulut yang pada bulan Agustus ini ikut berperan serta berpartisipasi dalam “Hari Menyusui Dunia” . Salah sat rumah sakit bahkan telah terakreditasi internasional (versi JCI). Kemudian terdapat 11 rumah sakit dan tiga rumah sakit gigi mulut yang sudah terakreditasi paripurna/SNARS; satu rumah sakit dengan akreditasi pratama; tiga rumah sakit dan satu rumah sakit gigi mulut telah ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan; serta lima rumah sakit dan dua rumah sakit gigi mulut yang belum operasional.

“Kemenristekdikti bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan melalui Komite Bersama terus mendorong agar rumah sakit tersebut mampu beroperasional dan terakreditasi paripurna,” imbuh Menteri Nasir.

Sementara itu Direktur Jenderal Sumber Daya iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti menambahkan, Indonesia memiliki kekayaan kenekaragaman hayati yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat-obatan herbal. Sementara terkait kerja sama riset, pihaknya tidak hanya melibatkan dosen dan peneliti, tetapi juga melibatkan ilmuwan diaspora. Berbagai skema pendukung pun telah disiapkan, termasuk membawa lalu mengadopsi iklim akademik perguruan tinggi kelas dunia ke perguruan tinggi dalam negeri.

“Diaspora sudah kami libatkan, tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga bidang lainnya seperti nano teknologi dan big data analysis. Tak hanya itu, kami juga mengembangkan jenis pekerjaan baru, yakni seseorang yang ahli yang mampu menerjemahkan dari inovasi hasil penelitian ke arah industri. Sebab peneliti murni terkadang kurang punya jiwa entrepreneur, atau yang paling tidak dapat meyakinkan industri,” terang Dirjen Ghufron.

Khusus pada bidang kesehatan, Dirjen Ghufron menuturkan, terdapat lebih dari 10 topik yang akan dikembangkan. Salah satunya, yakni obat herbal yang terstandardisasi. “Tentunya kita fokus pada penelitian yang berdampak,” pungkasnya.

Pada kesempatan tersebut, Dirjen Ghufron juga memberikan pemaparan terkait Penyediaan SDM Kesehatan untuk Penelitian HIV/AIDS Melalui Sistem Kesehatan Akademik. Sementara topik mengenai Pengelolaan Penanganan Penderita HIV/AIDS Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif disampaikan oleh Dr. Baby Siti Salamah, S.Psi., M.Psi.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!