JAKARTA, MENARA62.COM – Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi energi panas bumi yang sangat besar sebanyak 1.276 MWe. Dari jumlah tersebut 776 MWe diantaranya ada di Pulau Flores yang tersebar pada 12 wilayah.
“Di Flores ada tiga wilayah prospek panas bumi yang mendapatkan izin pengelolaan Wilayah Kerja Panas Bumi atau WKP dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yaitu di Ulumbu, Mataloko dan Sokoria dengan totak kapasitas terpasang mencapai 12,5 MW,” kata Kepala Badan Litbang ESDM, Sutijastoto seperti dikutip dari laman esdm.go.id, Senin (4/2/2019).
Ia berharap energi panas bumi mampu meningkatkan rasio elektrifikasi di wilayah timur Indonesia. Pengembangan panas bumi di Flores dapat diintegrasikan dengan sektor hilir seperti industri pertambangan, smelter, perikanan, perkebunan dan pariwisata agar potensinya dapat dimaksimalkan. Saat ini kebutuhan listrik di Pulau Flores mayoritas untuk konsumsi rumah tangga.
“Diperlukan koordinasi lintas sektor yang lebih optimal guna meningkatkan investasi di Pulau Flores,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur PT PLN Geothermal, Aris Edi Susangkiono menjelaskan peranan panas bumi untuk pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan di Pulau Flores – NTT saat ini.
“Kondisi kelistrikan pada tahun 2027, proyeksi permintaan di Flores adalah 383 MW, sementara kapasitas total pembangkit baru adalah 629 MW”, ungkap Aris.
Aris menambahkan jumlah ini tidak termasuk Wai Sano, Wai pesi, Lesugolo, Oka Ile Ange dan Gunung Sirung. Kebutuhan akan permintaan ciptaan untuk menyerap pembangkit listrik.
Selain potensi panas bumi, Pulau Flores juga memiliki potensi hipotetik mineral emas primer sebesar 3.800.000 ton, mangan 34.938.936 ton dan pasir besi.
Terdapat 11 perusahaan tambang yang masih beroperasi di Kabupaten Manggarai, antara lain: PT. Nusa Energy Raya, PT. Indomineral Resources, PT. Tamarindo Karya Resources, PT. Multindo Cakrawala Sejati, PT. Sumber Alam Nusantara, PT. Tribina Sempurna, PT. Masterlong Mining Resources, PT. Sumber Jaya Asia, PT. Rakhsa International, PT. Menara Armada Pratama, dan PT. Wijaya Graha Prima. Pengolahan smelter mangan sebesar 40 ribu ton/tahun membutuhkan energi sebesar 10 MW.