28 C
Jakarta

Pemerintah Prioritaskan Pelatihan Vocational Bagi Wirausaha Pemula

Baca Juga:

Jakarta, MENARA62.COM Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan UKM Rully Nuryanto mengungkapkan bahwa tahun ini pihaknya akan lebih fokus dan memprioritaskan bentuk pelatihan kewirausahaan untuk bidang vocational. “Kita akan lebih memperbanyak praktek ketimbang teori-teori, dengan proporsi 70:30. Oleh karena itu, kita akan tetap menggelar pelatihan, baik kewirausahaan dan perkoperasian, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat”, kata Rully kepada wartawan di Jakarta, Jumat (1/2).

Untuk program 2019 ini, lanjut Rully, pengembangan kewirausahaan akan menyasar 8.790 calon wirausaha melalui pemasyarakatan kewirausahaan, pelatihan kewirausahaan, pelatihan technopreneur, dan kewirausahaan sosial. Tak hanya itu, Kemenkop pun akan melakukan peningkatan kualitas SDM KUKM bagi 3.500 pelaku UMKM melalui pelatihan vokasi. “Yang tak kalah penting, untuk 2019 ini juga kita akan meningkatkan pengembangan SDM usaha mikro dan kecil bagi 500 pemuda melalui fasilitasi magang”, kata Rully.

Untuk tahun ini, pihaknya akan menggelar program magang tersebut di lima provinsi, yaitu Kalsel, Kalteng, Jogjakarta, Sumut, dan Sumsel, dengan masing-masing provinsi sebanyak 100 orang. “Beda dengan tahun lalu, program magang tahun ini akan kita terapkan lintas provinsi. Contohnya, dari 100 orang pemuda magang di Kalsel, 90 orang magang di wilayah Kalsel, sementara 10 orang lainnya dimagangkan di Jogjakarta. Tujuannya tetap sama, yaitu meningkatkan kualitas SDM pelaku KUKM”, ujar Rully.

Yang pasti, kata Rully, dalam meningkatkan daya saing UMKM melalui kewirausahaan, Kemenkop akan terus konsisten mendukung tumbuhnya wirausaha lokal. Antara lain, menumbuhkan program Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) dan Gerakan Mahasiswa Pengusaha (GMP). “Tahun ini, untuk mengembangkan budaya kewirausahaan, Kemenkop akan melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi seluruh Indonesia dan pelatihan bagi 7.050 mahasiswa, sarjana, generasi muda, kelompok masyarakat strategis lainnya”, papar Rully.

Lebih dari itu, Rully menambahkan, pihaknya juga akan menggelar program peningkatan kualitas SDM koperasi bagi 4.530 pelaku koperasi melalui pelatihan perkoperasian, hingga peningkatan standarisasi dan sertifikasi bagi 2.010 pelaku koperasi dan UMKM melalui pelatihan dan uji sertifikasi kompetensi SDM KUKM. “Juga peningkatan kapasitas pengelola LKM berbasis kompetensi dan pelatihan manajemen SDM KUKM berbasis kompetensi”, imbuh Rully.

Tak hanya itu, Rully juga mengungkapkan, dalam rangka mengefektifkan dan mengefisiensikan penyelenggaraan peningkatan SDM KUKM, Kemenkop tahun ini telah mengalokasikan anggaran untuk pelatihan dan pendampingan di kabupaten/kota melalui mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK). “DAK tahun 2019 sebesar Rp200 miliar dialokasikan di 34 provinsi dan 172 kabupaten/kota di Indonesia, dengan sasaran peserta pelatihan sebanyak 56.056 orang dan pendamping sebanyak 1.279 orang”, papar Rully.

Testimoni WP

Dalam kesempatan yang sama, penerima program Wirausaha Pemula (WP) pada 2015 bernama Erna Dyah asal Boyolali, Jawa Tengah, memaparkan manfaat dari program WP dari Kemenkop dan UKM. “Saya mulai berusaha pada 2009 dengan modal satu mesin jahit dan uang Rp250 ribu. Pada 2015, saya mendapat bantuan modal sebesar Rp10 juta yang saya gunakan untuk menambah modal”, kata Erna yang memiliki usaha kerajinan Bantal Kreatif.

Setelah mendapat tambahan modal, usaha Erna pun semakin berkembang. Bahkan, dirinya banyak mengikuti aneka pelatihan kewirausahaan. Saat ini, Erna sudah memiliki karyawan sebanyak 15 orang. “Dulu, manajemen keuangan usaha saya tidak memisahkan antara keuangan bisnis dengan uang pribadi. Setelah mendapat pelatihan manajemen keuangan yaitu Lamikro, manajemen keuangan usaha saya mulai tertata rapi. Sekarang, saya jadi tahu berapa yang saya keluarkan dan berapa keuntungan usaha”, ucap Erna.

Pemasaran produk Erna yang menerapkan sistem online (e-commerce) sudah merambah hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Bahkan, aku Erna, ada juga customernya yang menjual kembali produknya ke luar negeri, diantaranya ke Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura.

Selain Erna, ada juga wirausaha olahan ikan bernama Yana Budiarti asal Banjarnegara. “Saya mendapat bantuan program WP pada 2018 sebesar Rp13 juta. Uang itu saya gunakan untuk membeli mesin frezeer untuk meningkatkan usaha dan higienitas produk olahan ikan yang saya hasilkan”, kata Yana.

Sebelum memiliki mesin frezeer tersebut, aku Yana, dirinya tidak memisahkan antara bahan baku dengan bahan jadi. Padahal, sesuai SOP produk yang baik dan benar, harus terpisah antara bahan baku dengan bahan jadi. “Sejak saya banyak mengikuti pelatihan kewirausahaan, produk olahan ikan seperti abon ikan, abon lele, krupuk dan kripik ikan, kripik kulit ikan, bisa diterima pasar melalui sistem pemasaran online. Usaha saya tidak tidak menyisakan limbah, karena seluruh bahan baku bisa dijadikan produk olahan, termasuk tulang ikan”, tukas Yana.

Bahkan, Yana mengaku sangat terbantu dengan adanya pelatihan tata boga yang pernah diikutinya. “Sekarang, produk olahan ikan saya ada daftar nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Jadi, konsumen bisa mengetahui kandungannya sebesar apa dari protein, lemak, kadar gula, dan sebagainya”, pungkas Yana.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!