JAKARTA, MENARA62.COM– Pemimpin nasional adalah orang-orang yang merupakan alumni partai politik. Karena itu pandangan dan pemikirannya acapkali diwarnai dengan kebijakan partai politik yang mengusungnya.
“Masalah inilah yang harus dipahami oleh masyarakat, sehingga kami perlu mengundang para pemimpin partai untuk menjelaskan seperti apa konsep kepemimpinan versi parpol,” kata Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo di sela diskusi dengan media, Jumat (9/11).
Setelah sebelumnya mengundang Partai Hanura , Partai Solidaritas Indonesia dan Partai Amanat Nasional, kali ini Aliansi Kebangsaan mengundang Parta Kebangkitan Bangsa. Partai yang identik dengan Islam ini tentu memiliki visi dan misi yang berbeda dengan partai lainnya termasuk pandangan tentang kepemimpinan nasional.
Pontjo mengingatkan meski menjadi alumni partai, setelah menjadi pemimpin nasional, kepentingan rakyat harus dijunjung tinggi diatas kepentingan partai. Pemimpin nasional selayaknya lepas dari kebijakan parpol mengingat sosoknya sudah menjadi pemimpin semua golongan dan partai politik serta siap mengelola dan memimpin negeri ini.
Wasekjen PKB Abdul Malik Haramain mengatakan PKB merupakan partai politik yang pendiriannya diinisiasi oleh para kyai dan ulama. Karena itu ideologi partai ini bersumber pada Al Qur’an dan Hadist, ditambah Ijtima (musyawarah ulama) dan kiyas.
“Ulama dan kyai merupakan pendiri PKB. Itu mengapa partai ini kaya akan kaidah fiqih. Bahkan hal-hal baik bisa dijadikan hukum,” jelas Abdul Malik.
Ia mencontohkan soal paham bela negara. Dalam pandangan kyai, membela negara adalah bagian dari iman. Pandangan ini tentu tidak secara implisit disebutkan dalam Al Qur’an maupun hadis, tetapi harus dianut oleh orang Islam.
Membela negara lanjutnya menjadi kewajiban semua umat. Agama tidak akan berjalan dengan baik jika negara hancur. Sehingga negara yang aman harus diperjuangkan untuk kehidupan beragama yang baik.
Karena itu paham bahwa membela negara menjadi bagian dari iman dipegang teguh oleh PKB dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam pandangan PKB, NKRI adalah harga mati, tidak ada pihak manapun yang boleh memporakporandakan dan mengotak-atik NKRI. Perpecahan antar penduduknya hanya akan membuat sebuah negara hancur lalu punah, seperti beberapa negara dikawasan Eropa Timur.
Menurutnya, berdiri tegaknya NKRI hingga sekarang tak lain karena Pancasila yang sakti. Sebab dengan Pancasila, Indonesia yang wilayahnya sangat luas, beragam suku bangsanya, beragam agama dan budayanya bisa bersatu dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Tidak ada negara di dunia ini yang bisa bertahan hingha puluhan tahun dengan keragaman yang sangat kompleks seperti Indonesia.
Meski PKB dibentuk oleh ulama dan identik sebagai partai Islam, tetapi beberapa pengurusnya terutama di kawasan Indonesia Timur, ada yang beragama protestan. Hal ini terjadi karena PKB menghormati dan menjunjung tinggi keberagaman.
Ia berharap ditengah situasi politik yang makin meningkat tensinya menjelang tahun politik, masyarakat masih tetap bisa berpikir rasional dan masuk akal untuk tetap mempertahankan NKRI secara bersama-sama.
“Selama elit politik, ulama, tokoh dan negarawannya masih bersepakat untuk berpegang pada Pancsila, tentu kita yakin Indonesia akan selamat,” tutupnya.
Diskusi juga menghadirkan pengamat politik Yudi Latief dan Laode Komaruddin.