28.8 C
Jakarta

Penderita GERG Disarankan Banyak Baca Al Qur’an untuk Hindari Stress Di Tengah Pandemi Covid-19

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Stres berlebihan dapat memicu kambuhnya penyakit gastroesophageal reflux disease atau dikenal sebagai penyakit GERG alias penyakit asam lambung. Karena itu ditengah situasi pandemi Covid-19, penderita GERG amat disarankan banyak membaca Al Qur’an untuk orang Islam.

“Banyak baca Al Qur’an, karena Al Qur’an bisa menjadi obat stress, Al Qur’an bisa menenangkan,” kata Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, saat live di Instagram @ninanugrohostore, Rabu (6/5/2020). Diskusi Nina Nugroho Solution Live On Instagram tersebut dipandu langsung oleh desainer kondang Nina Nugroho.

Selain baca Al Qur’an penderita GERG juga bisa melakukan kegiatan lain seperti banyak berdoa yang intinya memberikan ketenangan pada penderita. Sebab semakin tinggi tekanan atau stress yang dialami penderita maka peluang untuk kambuh GERG akan semakin besar.

GERG menurut Prof Ari berhubungan dengan kondisi psikis penderita. Dalam situasi seperti sekarang ini dimana aktivitas banyak dilakukan di rumah, kadang penderita GERG malah rawan untuk kambuh. Terutama jika penderita merasa stress, tertekan dan terlalu banyak beban pikiran.

“Faktor psikis sangat berpengaruh terhadap kejadian GERG. Karena cemas berlebihan akan mempengaruhi fungsi pencernaan. Ditambah saat ini sedang Ramadan, biasanya makanan apa saja dikonsumsi. Itulah yang memicu munculnya GERD,” ujar Prof Ari.

Selain itu, Prof Ari juga mengingatkan agar penderita GERG selalu menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama. Obat-obatan tersebut bisa menggunakan obat-obatan ‘warung’ yang bisa dibeli secara bebas.

Ini penting karena ditengah pandemi Covid-19, pergi ke dokter atau rumah sakit tidak lagi mudah. Masyarakat diimbau betul untuk sebisa mungkin menghindari rumah sakit, karena rumah sakit menjadi area yang rawan penularan virus corona.

“Jika GERG kambuh, gunakan obat warung yang ada di rumah, tenangkan diri, tidak usah panik. Memberikan minum teh manis atau air putih bisa membantu pasien untuk lebih rileks sementara waktu,” kata Prof Ari.

Prof Ari juga menekankan pentingnya support dari anggota keluarga lain terhadap penderita GERG. Saat terjadi kekambuhan, selain melakukan tindakan pertolongan pertama, menenangkan penderita juga akan membantu banyak untuk mengurangi gangguan GERG.

GERG itu sendiri merupakan penyakit asam lambung yang disebabkan oleh melemahnya katup yang terletak di kerongkongan bagian bawah. Biasanya ditandai dengan gejala mulut terasa asam disertai rasa perih di dada hingga ke tenggorokan.

Gejala lainnya adalah biasanya penderita GERD akan mengalami kesulitan menelan, batuk dan sesak napas, mual dan muntah, sakit tenggorokan, disertai gangguan tidur. Meski gejala-gejala tersebut tidak bisa dijadikan sebagai patokan bahwa itu adalah penyakit GERG.

“Untuk menegakkan diagnostic GERG perlu dokter. Bisa dilakukan oleh dokter umum dulu, lalu bisa dilanjutkan ke spesialis penyakit dalam,” tambah Prof Ari.

Diakui Prof Ari, GERG adalah jenis penyakit kronis. Namun penyakit ini bisa disembuhkan dengan pengobatan yang rutin dan berkelanjutan selama dua bulan. Selama pengobatan berlangsung, pengendalian diri dari stress menjadi kunci penyembuhan GERG.

Selain menghindari stress, agar GERG tidak kambuh Prof Ari menyarankan, hindari makanan yang mencetuskan GERD. Yaitu makanan berlemak, gorengan, cokelat, keju, makanan yang mengandung cuka dan pedas.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!