JAKARTA, MENARA62.COM – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengakui pemenuhan pendidikan bagi anak-anak Indonesia di wilayah Sabah, Malaysia masih menemui banyak hambatan. Salah satunya adalah larangan bagi anak-anak pekerja asing untuk mengikuti kegiatan belajar di Sekolah Kebangsaan Malaysia.
“Akibatnya sekolah-sekolah swasta menjadi alternatif dengan konsekuensi biaya yang mahal dan tidak terjangkau oleh para Tenaga Kerja Indonesia,” tutur Mendikbud, dalam siaran persnya Kamis (31/1/2019).
Selama dua hari melakukan kunjungan kerja ke Tawau, Sabah yakni tanggal 25-26 Januari 2019, Mendikbud juga menemukan bagaimana anak-anak begitu bersemangat untuk belajar di CLC (Center Learning Community) yang sudah banyak didirikan oleh pemerintah Indonesia.
“Saya ingin memastikan bahwa semua anak warga Negara Indonesia usia sekolah akan mendapatkan hak pendidikan yang sama baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri,” jelasnya.
Menurutnya pendidikan merupakan hak dasar semua orang dan semua anak Indonesia punya hak pendidikan yang sama. Sehingga Pemerintah RI harus memberikan itu kepada semua anak Indonesia meskipun berada di luar negeri.
Pendirian CLC di ladang-ladang kelapa sawit di kawasan Sabah Malaysia jelas Mendikbud merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan pelayanan pendidikan di Tawau, Sabah, Malaysia. Namun pemenuhan pendidikan melalui CLC ini hanya menyediakan hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), sehingga untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, siswa di CLC harus menempuh pendidikan di Indonesia.
Melalui program gerakan Sabah Bridge, salah satu gerakan sosial non-profit yang diinisiasi oleh para pendidik utusan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), lulusan CLC dapat difasilitasi untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia.
Berikan beasiswa
Bekerjasama dengan sekolah mitra setingkat SMA/SMK yang berada di indonesia, Program Sabah Bridge memberikan beasiswa baik dari yayasan maupun dari beasiswa repatriasi yaitu beasiswa untuk melanjutkan pendidikanya di Indonesia.
Tahun 2019 Kemendikbud akan membuka beasiswa repratiasi untuk 500 orang anak lulusan CLC agar melanjutkan pendidikan di Indonesia. Jumlah ini cukup signifikan dibandingkan tahun 2018, yang hanya berjumlah 100 orang anak.
Saat bertemu dengan Mendikbud di CLC Ladang Giram, mewakili guru yang ada di CLC, Khoiriyah Ulfa, mengungkapkan para guru di CLC tidak hanya memulangkan siswa CLC ke Indonesia, tetapi juga akan membina siswa mereka hingga lulus SMA.
“Tahun ini merupakan tahun ke dua anak-anak sabah akan memasuki bangku kuliah dan tahun ini ada sekitar 1000 lebih anak yang lulus dari CLC SMP, baik di SIKK (Sekolah Indonesia Kota Kinabalu) maupun dari CLC di Sabah. Kami akan bina terus hingga mereka sukses,” ungkap guru bina tahap VIII, CLC Putra Bangsa Batu itu.
Khoiriyah menambahkan, tahun 2019 program Sabah Bridge sudah memasuki tahun kelima dan lebih dari 400 anak sudah berada di Indonesia untuk melanjutkan pendidikannya.
“Kami harapkan kepada Bapak Menteri beserta jajarannya untuk bisa membantu kami memudahkan akses pengurusan baik dokumen maupun perjalanannya, juga komunikasi dengan pihak sekolah mitra di Indonesia agar dengan terbuka menerima kehadiran anak-anak lulusan CLC SMP di Sabah,” tambahnya.
Saat ini, sudah terdapat 218 lulusan CLC dan SIKK sejak tahun 2016 hingga 2018 yang melanjutkan pendidikannya di universitas-universitas unggulan di Indonesia seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Padjajaran (UNPAD), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan universitas-universitas ternama lainnya. Ini merupakan bukti bahwa mereka juga mampu bersaing meskipun mereka berasal dari CLC. Saat mereka kuliah pun, mereka dapat berbicara di ajang forum-forum internasional di luar negeri.
Asdar misalnya, salah satu lulusan CLC Permodalan ini, saat ini sedang menempuh pendidikan jurusan Hubungan Internasional di Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung. Asdar mengungkapkan rasa syukurnya bisa merasakan indahnya pendidikan hingga jenjang unviersitas.
“Alhamdulillah kami para alumni yang dulunya hanya tahu biji kelapa sawit, yang dulunya AC tidak tahu, lift juga tidak tahu, tapi dengan adanya CLC memberikan kami kesempatan untuk merasakan akses pendidikan yang begitu luar biasa,” ujar Asdar kepada Mendikbud saat dikunjunginya di CLC Ladang Giram.
Mengenai mutu pendidikannya, Asdar pun mengiyakan bahwa lulusan CLC tidak kalah saing dengan pelajar lulusan dalam negeri mengingat prestasi yang telah dicapai saat mereka duduk di bangku SMA maupun universitas.
“Saya pernah juara pidato di Thailand dan saat saya duduk di bangku SMA, rata-rata lulusan CLC masuk peringkat 10 besar bahkan banyak yang memiliki peringkat 1,2, dan 3,” ujar mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi diatas 3,5 ini.
Dalam kunjungannya selama dua hari di Tawau, Mendikbud berkesempatan mengunjungi CLC Tunas Perwira, CLC Ladang Giram dan CLC Bulung River. Dalam sambutannya di CLC Tunas Perwira, pada Kamis (24/01), Mendikbud berjanji untuk memberikan bantuan pembangunan gedung CLC Tunas Perwira menjadi bangunan sekolah satu atap dari TK, SD dan SMP yang layak serta perpustakaan-perpustakaan di CLC lainnya yang diserta buku literasi.
Turut mendampingi pejabat setempat yaitu Konsul Republik Indonesia Tawau , Sulistiyo Jati Ismoyo dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud), Mokhammad Farid Maruf. Dalam sambutannya, Jati Ismoyo menegaskan bahwa hadirnya Mendikbud sebagai bukti perhatian pemerintah RI terhadap pendidikan anak-anak CLC.
“Manfaatkan kehadiran beliau sebaik mungkin untuk menyampaikan hal-hal yang diperlukan demi pengembangan CLC,” ungkapnya.