JAKARTA, MENARA62.COM – Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hamid Muhammad mengakui pembelajaran dari rumah atau pendidikan jarak jauh (PJJ) belum sepenuhnya diikuti dengan baik oleh siswa. Berdasarkan survey, ternyata siswa hanya belajar efektif rata-rata 1 sampai 3 jam saja sehari.
“Ada juga yang kurang dari 1 jam. Tapi ada yang lebih dari 5 jam meski prosentasenya sangat sedikit. Tapi rata-rata memang 1, 2 atau 3 jam karena berbagai kendala di lapangan,” kata Hamid dalam temu media yang dilakukan secara daring, Selasa (16/6/2020).
Hingga saat ini diakui Hamid, pihaknya belum melakukan assessment terhadap kemampuan siswa terkait pelaksanaan PJJ. Siswa sudah sampai level berapa, nantinya Balitbang akan melakukan evaluasi lanjutan.
Menurut Hamid, pendidikan pada masa pandemi Covid-19 memang telah mendorong guru untuk kreatif dan inspiratif memanfaatkan fasilitas yang ada. Tetapi sayangnya sangat sedikit guru yang memiliki kreativitas dalam pemanfaatan pembelajaran secara daring, hanya sekitar 15 sampai 20 persen.
Padahal berdasarkan data, 94 persen siswa harus belajar secara daring selama pandemi Covid-19 akibat sekolah berada di zona orange, kuning dan merah. Dengan tingkat kreativitas dan inspirasi yang masih kurang tersebut, maka hasil pembelajaran selama pandemi Covid-19 akan sulit untuk mencapai target-target kurikulum.
“Itu sebabnya kami memahami adanya desakan sejumlah pihak seperti KPAI, organisasi profesi guru dan organisasi lainnya agar pemerintah menerbitkan kurikulum darurat,” tambah Hamid.
Ia mengakui meski kurikulum darurat belum disusun, tetapi pemerintah telah berinisiatif menyederhanakan materi pelajaran. Misalnya materi yang disiarkan melalui TVRI, dimana materi tersebut merupakan hasil penyederhanaan dan adaptasi terhadap situasi yang dialami sebagian besar wilayah Indonesia.
Hamid mengatakan dalam kondisi seperti sekarang ini, tidak ada istilah murid dikorbankan. Pendidikan melalui daring, melalui TVRI dan berbagai mekanisme lainnya seperti berlangsung sejak Covid-19 adalah pilihan yang harus ditempuh pemerintah agar proses pembelajaran tetap berlangsung.
“Kita tetap mengutamakan keselamatan dan kesehatan anak-anak. Karenanya sistem pembelajaran kita coba adaptasi sebisa mungkin, sefleksibel mungkin. Yang terpenting pendidikan jalan terus,” tukas Hamid.
Senada juga dukemukakan Iwan Syahril, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK). Menurutnya kondisi pendidikan serba darurat seperti sekarang ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi seluruh dunia. Karena itu, dibutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru agar pembelajaran tetap berlangsung.
“Dengan kondisi seperti sekarang ini, kita tidak lagi memaksakan untuk ketuntasan kurikulum,” jelas Iwan.
Pemerintah lanjutnya, juga akan terus melakukan mitigasi selama situasi darurat berlangsung, sehingga berbagai kendala dalam proses pembelajaran jarak jauh bisa dicarikan solusinya.