Oleh: Anjari Umarjiyanto )*
Saya duduk nyaman di sofa empuk yang disiapkan. “Wah, kalau Pak Anjari, saya saja yang vaksin”, mendadak dr Indah masuk ruang suntik vaksinasi Covid-19. Beliau, dr. Haridana Indah Setiawati Mahdi, Sp.PD, KAI, akrabnya dipanggil dr Indah, adalah Komandan pelayanan vaksinasi di RS Kanker Dharmais. Saya tersanjung, karena beliau turun tangan langsung.
“Ayo dok, luapkan dendammu padaku,” candaku. Kami tertawa. Saya tertawa sambil nyeri membayangkan jarum suntik bakal menusuk lengan kiri atas. Dengan cekatan dr Indah menyiapkan botol vaksin, membuka alat suntik dan bahan habis pakainya.
“Saya ganti jarumnya yang tajam,” kata dr Indah sambil memutar-mutar alat suntik yang didalamnya sudah terisi cairan vaksin Covid-19 d iantara kedua belah telapak tangannya. Saya tidak tahu itu candaan atau memang begitu. Semakin nyeri saja membayangkan.
Saya melipat lengan baju kiri hingga diatas bahu. Saya sengaja memakai baju batik lengan pendek. Tangan kiri dr Indah memegang bahu kiri, sambil mendekatkan ujung jarum suntik. Mata saya menatap tertuju pada jarum dan titik tusuk. Bless!!!
“Rasanya gimana, pak?”, tanya dr Indah. “Rasanya seperti disuntik, dicoblos jarum,” jawabku spontan. Pastinya tidak senyeri yang dibayangkan. Orang bilang seperti digigit nyamuk. Ya, apalah itu. Intinya, terasa ada jarum menusuk pori-pori kulit, tapi tidak sakit. Tidak ada juga darah yang keluar pasca disuntik.
Ya, saya telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 pada hari Jumat, 15 Januari 2021 jam 08.00 di RS Kanker Dharmais (RSKD). Inilah pengalaman pertama kali mendapatkan vaksinasi pertama Covid-19. Saya bersyukur bersama tenaga kesehatan dan petugas RSKD lainnya yang mendapatkan vaksinasi Covid-19 sejak Kamis, 14 Januari 2021 hingga dua bulan kedepan. Pemerintah telah menetapkan tenaga kesehatan dan petugas yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk Rumah Sakit, menjadi kelompok prioritas pertama yang mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Saya, dan juga tenaga kesehatan dan petugas fasyankes lainnya, tidak pernah merasa istimewa atau bangga menjadi kelompok prioritas pertama yang mendapatkan vaksinasi Covid-19. Sebagaimana sudah banyak informasi, tenaga kesehatan dan petugas rumah sakit termasuk kelompok paling berisiko tertular Covid-19 karena keseharian tugasnya yang melayani pasien, diantaranya yang terpapar atau terjangkit Covid-19.
Setelah disuntik, petugas mempersilakan duduk di ruang tunggu observasi sekitar 30 menit. Waktu observasi ini memantau reaksi dan efek samping terhadap tubuh kita yang disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Karena ada tugas lain yang sudah dijadwalkan, sekitar 5 menit kemudian saya minta izin petugas agar dapat meninggalkan ruangan observasi. Saya berjanji, jika ada reaksi atau sesuatu segera melapor. Sstt! jangan ditiru ya.
Saya mendampingi Pak Dirut untuk keliling rumah sakit (ronde) melihat progres renovasi dan penambahan ruang isolasi dan perawatan pasien Covid-19 dan pelayanan plasma convalesent. Ini sebagai bentuk kesiapan potensi terjadinya penambahan jumlah pasien kanker yang terpapar Covid-19 pasca libur akhir tahun.
Pasca sholat Jumat, saya melapor ke ruang vaksinasi. Ditanyakan oleh petugas apa yang dirasakan setelah vaksinasi. Sejak mendapatkan vaksinasi Covid-19, saya tidak merasa terganggu sedikit pun aktivitasnya. Memang ada sedikit pegal di sekitar bekas suntikan dan pergelangan tangan. Di bekas suntikan juga kalau ditekan sedikit sakit dan agak keras. Itu saja, selebihnya tidak ada rasa atau gangguan yang saya rasakan.
Begitulah pengalaman pertama saya mendapatkan vaksinasi Covid-19. Semoga menjadi bagian dari ikhtiar mencegah penularan Covid-29 selain 3M ya: menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan pakai sabun.
*Penulis adalah Humas RS Kanker Dharmais