Tampaknya, tuduhan penghitungan suara curang dalam pemilu, tidak hanya menjadi monopoli pemilu di Indonesia. Dalam posisi sementara yang tertinggal, kandidat presiden Donald Trump dari Partai Republik melemparkan tuduhan penghitungan suara curang, Kamis (5/11/2020).
Tampaknya, ia sudah membayangkan kekalahan yang ada didepan mata. Namun, sejumlah analis politik masih belum berani mengungkapkan soal kepastian kemenangan Joe Biden dari Partai Demokrat.
Kalau Biden yang nantinya unggul, ini bisa menggambarkan betapa publik di Amerika Serikat pun tidak menyukai model kepemimpinan yang “trengginas” seperti Trump. Namun, hasil suara yang tampak beda tipis, dengan kejar-kejaran hasil kemenangan sementara, membuat ketegangan tinggi cukup membuat masing-masing kandidat tertekan.
Calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden, diproyeksikan oleh Edison Research memenangkan Michigan. Biden mengambil negara bagian lain yang dibalik oleh Donald Trump pada pemilu tahun 2016, dan menempatkan mantan wakil presiden 17 suara elektoral dari kemenangan di electoral college. Alaska, Pennsylvania, North Carolina, Georgia, Arizona, dan Nevada, tampaknya tetap tidak bisa dijadikan alasan untuk menjamin kemenangan Trump.
Setelah Biden diproyeksikan memenangkan Wisconsin, dalam kampanyenya pada Rabu (4/11/2020) kemarin Trump mengatakan petandingan berikutnya berada di “wilayah penghitungan ulang”. Ia pun berjanji akan menantang hasil penghitungan itu. Apalagi ia menyakini, masih ada jutaan surat suara yang masih harus dihitung, penghitungan masih dilakukan di beberapa negara bagian utama.