JAKARTA, MENARA62.COM – Pengidap kanker salah satu kelompok berisiko tinggi terjangkit COVID-19, karena kekebalan tubuh yang menurun akibat penyakit maupun efek samping terapi. Tantangan berat, kanker diikuti terjangkit COVID-19 bisa berisiko kematian.
Sejak pandemi terjadi penurunan kunjungan pasien termasuk pasien kanker ke rumah sakit. Ini disebabkan takutnya pasien ke rumah sakit atau karena tidak tersedianya ruangan karena beberapa ruang rawat dijadikan ruang isolasi pasien COVID-19. Selama pandemi, pasien sebaiknya di rumah saja bila tidak ada kepentingan mendesak atau kepentingan terapi. Demikian dikemukakan Dr. Debie Dahlia, SKp, MHSM dalam Bincang Sehat Virtual yang diadakan Rumas Sakit Universitas Indonesia (18/2).
Tertundanya pasien kanker dalam menjalani pengobatan bisa terjadi drop out atau delay. Akibatnya bisa menyebabkan tidak tercapainya remisi, yaitu keadaan dimana dalam tubuh tidak ada lagi sel kanker yang terdeteksi.
Selama pandemi pasien kanker tetap harus menjalani perawatan kanker, tidak hanya fisik, tapi juga kondisi psikis, gaya hidup, dan spiritual juga penting. Untuk gaya hidup, salah satunya masalah tidur, misalnya. Pengidap kanker harus tidur cukup dan berkualitas untuk kesehatan jiwa dan raganya.
“Beberapa pasien kanker mengalami gangguan tidur karena penyakit kankernya itu sendiri, obat-obatan tertentu, efek hormon terapi, dan masalah di saluran pencernaan. Semua mengakibatkan gangguan tidur dan suasana hati memburuk,” jelas Debie.
Tips mengatasi gangguan tidur pada pasien kanker antara lain dengan melakukan terapi cognitive behaviour. Pasien harus berpikir positif, tidak membayangkan kondisi yang sulit, melakukan stimulus control seperti men–setting tempat tidur, melakukan olahraga ringan minimal 3 jam sebelum tidur. ”Olahraga dapat mengurangi stres dan kelelahan. Tak lupa minum air putih yang cukup, menjaga kebersihan kulit dan rambut yang seringkali terdampak efek samping terapi kanker. Terus berpikir positif, semangat, dan berusaha hidup senormal mungkin.”