COX’S BAZAR, BANGLADESH, MENARA62.COM– Wabah penyakit menular mengintai ribuan pengungsi Rohingya di Cox,s Bazar, Bangladesh. Tanpa sanitasi yang memadai dan sarana kebersihan yang mengkhawatirkan, penyakit menular seperti kolera, tuberculosis (TBC) dan HIV menjadi ancaman paling mengerikan diantara pengungsi.
“Pengungsi hingga kini tidak mendapatkan fasilitas air minum yang memadai, juga sanitasi lingkungan yang teramat buruk,” jelas dr. Rosita Rivai aktivis kemanusiaan Dompet Dhuafa dalam siaran persnya, Kamis (28/7/2017).
Selain itu, camp-camp pengungsi saat ini juga menghadapi masalah kekurangan pangan dan obat-obatan. Padahal camp-camp pengungsian ini menurut data WHO menjadi camp pengungsi terbesar di dunia saat ini dengan jumlah sekitar 400 ribu jiwa. Mereka mendiami 68 titik pengungsian sepanjang perbatasan Bangladesh-Myanmar.
Rosita menceritakan bagaimana kondisi camp-camp pengungsi. Dimana keterbatasan air bersih serta sarana fasilitas kesehatan membuat mayoritas pengungsi mudah terinfeksi segala penyakit menular. Ditambah lagi lingkungan yang kumuh, tenda terpal yang seadanya, dengan beralaskan tanah atau kardus, tidur dan minimnya fasilitas MCK.
Kesehatan bagi ibu dan anak lanjut Rosita, kini merupakan fokus utama Dompet Dhuafa bersama relawan kemanusiaan lainnya yang tergabung di IHA (Indonesia Humanitarian Allaiance) bersama Ikatan Dokter Indonesia.
“Rabu lalu tim medis Dompet Dhuafa bersama relawan kemanusiaan yang tergabung di IHA terjun langsung dengan melakukan Aksi Layan Sehat Darurat. Pelayanan mulai dibuka pukul 15.00 waktu setempat dengan jumlah tim medis 8 (delapan) terdiri dari 4 (empat) dokter dan 4 (empat) perawat. Melayani puluhan pasien pengungsi Rohingya dengan mayoritas penyakit infeksi saluran penapasan dan penyakit kulit, beberapa pengungsi juga terjangkit penyakit diare dan mata. Mayoritas pasien adalah anak-anak balita dengan status kurang gizi,” kata Rosita.
Setelah melakukan Aksi Layan Sehat di beberapa camp pengungsian di wilayah Thangkali Coxs Bazar, tim medis Dompet Dhuafa bersama relawan NGO Internasional melakukan pertemuan terbatas. Hal yang amat mengejutkan adalah mulai ditemukan beberapa pengungsi yang terjangkit penyakit menular dan ini berpotensi menjadi wabah jika tidak segera diantisipasi.