JAKARTA, MENARA62.COM – Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI), apt Drs Nurul Falah Eddy Pariang, melantik pengurus Perhimpunan Farmasi Militer (PFM) dan Perhimpunan Saintis Farmasi Indonesia (PSFI). Pelantikan sekaligus menandai ditutupnya Rapat Kerja nasional (Rakernas) Ikatan Apoteker Indonesia 2021 secara daring, yang berlangsung sejak Senin, 23 Agustus 2021 lalu.
Usai Rakernas, kegiatan berlanjut dengan Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) yang berlangsung 26-28 Agustus 2021.
Nurul Falah dalam Rakernas sebelumnya menyampaikan, Indonesia sedikit tertinggal dalam hal pengembangan Perhimpunan Farmasi Militer (PFM), mengingat negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah lebih dulu memilikinya.
‘’Setiap kali pertemuan FIP (The International Pharmaceuticl Federation), organisasi farmasi sedunia, selalu ada seksi farmasi militer, dan kedua negara tetangga kita selalu menghadirkan perwakilannya dengan menggunakan seragam militer lengkap. Alhamdulillah, kini Indonesia juga sudah memiliki Perhimpunan Farmasi Militer,’’ ungkap Nurul Falah didepan sidang pleno Rakernas IAI 2021.
Hal senada disampaikan oleh Prof Dr apt Yahdiana Harahap, MSi, yang merupakan salah satu pelindung Hisfarmil. Yahdiana saat ini adalah Guru Besar Fakultas Farmasi UI dan juga Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pertahanan.
‘’FIP sudah memiliki seksi Farmasi Militer sejak tahun 1952, jadi kalau Indonesia baru memiliki sekarang, sebenarnya bisa dikatakan terlambat. Pendidikan Farmasi Militer sangat berbeda didanding Pendidikan farmasi pada umumnya. Di farmasi militer ada kurikulum Pendidikan kemiliteran,’’ terang Yahdiana.
Adapun susunan pengurus PFM adalah Ketua dijabat Kolonel Kes Dr Apt Drs Yuli Subiakto, MSi, Sekretaris Dr apt Bantari Wisnu KW, M.Biomed, Bendahara apt Editha Romesten, MSc
Dewan Penasehat antara lain ReKtor Universitas Pertahanan, Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Kepala Puskes TNI, Kepala Puskes AD dan Dekan Fakultas Farmassi Militer Universitas Pertahanan.
Dalam kesempatan itu, Yuli Subiakto menyampaikan pentingnya dibentuk Perhimpunan Farmasi Militer, mengingat prajurit TNI bekerja dalam lingkungan yang sangat berbeda dibanding masyarakat pada umumnya. Perubahan lingkungan kerja tersebut berdampak terhadap fisiologis tubuh, nasib obat dalam tubuh, nasib makanan dan minuman, sehingga prajurit TNI perlu dilatih indoktrinasi dan Latihan fisiologi (aerofisiologi, hiperbarik fisiologi).
Menurut Yuli, saat ini kemandirian farmasi nasional masih merupakan cita-cia bangsa dalam wujudkan kedaultan bidang kesetahan. Upaya mengembangkan formula sediaan farmassi, bahan baku aktif, bahan tambahan, bahan pengemas (antibiotika), nonantibiotika, simtomatik, suplemen, PKRT, Alkes habis pakai dengan memanfaatkan sumberdaya alam (tumbuhan, hewan, mineral).
Pengembangan farmasi militer dilakukan dalam rangka dukungan Kesehatan, kosmetika militer, nutrasetikal militer, toksikologi militer, ransum militer, bahan dekontaminsasi CBRNE, pengendali huru hara yang aman (Riot control agent) dan pelayanan Kesehatan masyarakat.
Untuk itu Kemhan dan TNI mengembangkan industri farmasi, biomedis dan vaksin, antara lain melalui Lembaga farmasi Puskesad, Lembaga Biomedis Puskesad, Lembaga Biologi dan vaksin Puskesad, Lembaga Farmasi Angkatan Laut dan Lembaga Farmasi Angkatan Udara.
Adapun pengurus Perhimpunan Saintis Farmasi Indonesia diketuai oleh apt Firzan Naimu, M. Biomed.Sc, PhD dengan Sekretaris apt Muh Akbar bahar, M.Pharm, PhD dan Bendahara apt Eka Noviana, MS, PhD. Dewan penasehat antara lain Prof Dr apt Yahdiana Harahap, MS, Prof Dr apt Elly Wahyudin, DEA dan Prof Dr apt Edy Meiyanto, MSi.