32.5 C
Jakarta

Peralatan untuk Bekerja pada Area Berpotensi Ledakan Perlu Distandarkan

Baca Juga:

JAKARTA – Bekerja pada area berbahaya atau pada lingkungan yang berpotensi terjadi ledakan membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi. Karena itu dibutuhkan peralatan-peralatan yang terstandar guna mengurangi risiko kecelakaan kerja.

Usai membuka the IECEx International Conference 2018: Equipment and Services in Explosive Atmospheres 2018, Sekretaris Utama Badan Standardisasi Nasional (BSN) Puji Winarni mengatakan di sejumlah negara, standar peralatan yang digunakan untuk bekerja di area berbahaya mendapatkan perhatian serius. Standar peralatan yang digunakan bahkan mengacu pada standar yang diterbitkan oleh lembaga akreditasi internasional.

Seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia yang makin stabil, maka ke depan Indonesia membutuhkan lebih banyak peralatan terstandar untuk bekerja pada area berpotensi ledakan. Untuk itu dibutuhkan lembaga akreditasi yang memiliki kompetensi mengeluarkan sertifikat standardisasi peralatan bekerja di area berpotensi ledakan.

“Di Indonesia cukup banyak industri yang memiliki area berbahaya atau area berpotensi terjadinya ledakan. Yang paling banyak adalah Pertamina, seperti pengisian bahan bakar, kilang minyak, rig pengeboran minyak lepas pantai, pengisian bahan bakar pesawat dan lainnya,” katanya.

Masyarakat internasional, sering menyebut daerah itu dengan sebutan “Hazardous Locations”, atau “Explosive Atmospheres” atau “Ex Areas”.

Meski memiliki banyak jenis pekerjaan yang berpotensi terjadi ledakan, Indonesia hingga saat ini belum memiliki Lembaga Akreditasi yang bisa menguji standarisasi peralatan yang digunakan pada area berpotensi ledakan. Sebab untuk mendirikan lembaga akreditasi jenis ini membutuhkan biaya cukup mahal untuk pengadaan sarana prasarana, SDM dan anggaran besar.

“Karena itu kami menawarkan peluang ini kepada investor, silakan yang tertarik untuk mendirikan lembaga akreditasi khusus peralatan berpotensi ledakan,” tambahnya.

Diakui, perkembangan industri otomasi di Indonesia semakin meningkat, sehingga sudah saatnya Indonesia memberikan perhatian khusus pada isu terkait peralatan bekerja terstandar untuk area berpotensi ledakan.

Otomasi industri ditandai dengan penggunaan mesin-mesin yang bekerja dengan atau tanpa bantuan manusia dalam proses produksi atau manufaktur.

Penggunaan sistem kendali otomatis atau semi otomatis diakui Puji sangat memudahkan di dalam menerapkan otomasi industri. Teknologi komputer juga sudah digunakan untuk mendesain dan menjalankan mesin-mesin otomatis. Robot adalah salah satu wujud otomasi industri di masa kini.

“Sebagaimana penerapan industri otomasi di area berbahaya yang semakin meningkat, maka instalasi yang efisien dan aman juga diperlukan. Namun demikian, situasi ini tetap saja menciptakan resiko kebakaran atau ledakan yang membahayakan atau mengancam jiwa manusia,” ujar Puji.

Oleh karenanya, Puji melanjutkan, adalah penting dan mendasar serta harus menjadi perhatian terutama pihak berkepentingan untuk menerapkan standardisasi dan penilaian kesesuaian terhadap peralatan tersebut.

Salah satu organisasi dunia yang menaruh perhatian pada persoalan ini adalah IEC. Sebagai wujud nyatanya, IEC telah membentuk Komite Teknis-31 yang mengembangkan standar-standar terkait dengan sistem dan peralatan yang dipasang di area berbahaya.

Indonesia perlu IECEx

Lebih lanjut disampaikan oleh IECEx Executive secretary, Mr. Chris Agius bahwa Indonesia memerlukan IECEx. Salah satunya karena UN telah mengakui sistem IECEx untuk harmonisasi regulasi di berbagai negara sehingga manufaktur dapa lebih leluasa dalam berinovasi dan menggunakan teknologi terkini untuk produk-produk yang digunakan dalam area Ex.

Standar-standar tersebut mengatur tentang persyaratan umum untuk tingkat perlindungan pada petugas yang biasanya melakukan operasi di daerah berbahaya seperti di kilang minyak, rig pengeboran minyak lepas pantai, galangan kapal, pertambangan, farmasi, kosmetik, produksi makanan, kayu, kertas, tekstil, dan masih banyak lagi industri tertentu.

Di Indonesia sendiri, beberapa standar IEC/TC 31 telah diadopsi oleh BSN menjadi SNI melalui Komite Teknis 29-06 Instalasi dan Keandalan Ketenagalistrikan di bawah Kementerian ESDM.  Harapannya dengan adanya konferensi ini akan tersosialisasikan program-program The IECEx sehingga pemangku kepentingan bisa semakin “aware” dan standar-standar yang terkait dengan isu tersebut, ke depannya juga semakin berkembang.

Adapun SNI yang diadopsi adalah sebagai berikut :

SNI IEC 60079-0:2009: Electrical apparatus for explosive gas atmospheres and its parts.:

  •  SNI IEC 60079-0:2009 Electrical apparatus for explosive gas atmospheres – Part 0: General requirements
  •  SNI IEC 60079-1:2009 Electrical apparatus for the warheads atmosphere – Part 1: Fireproof enclosure “d”
  •  SNI IEC 60079-2:2009 Atmospheric gas atmosphere – Part 2: Protective equipment with pressurized enclosure “p”
  •  SNI IEC 60079-10-2:2010 Atmospheric Atmosphere – Section 10-2: Classification of areas – Atmospheric dust is flammable
  •  SNI IEC 60079-14:2013 Explosive atmosphere – Part 14: Design, selection and installation of electrical installations
  •  SNI IEC 60079-17:2014 Explosive Atmosphere – Part 17: Inspection and maintenance of electrical installations

The IECEx International Conference 2018 ini merupakan ketiga kalinya digelar di Indonesia. Diikuti oleh 250 peserta yang berasal dari 15 negara,  dimana Indonesia masih sebagai observer-member.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!