JAKARTA, MENARA62.COM — Jumat (16/11/2018), perbankan di Indonesia juga harus menjadi milenial. Generasi milenial kedepan, mungkin akan menomorduakan rekening perbankan setelah e-walet. Kartika Wirjoatmodjo, Presiden Direktur PT Bank Mandiri Tbk mengatakan, dunia perbankan harus siap mengantisipasi perubahan, jika tidak akan menjadi dinosaurus yang terlambat mengantisipasi perubahan.
Hal itu disampaikan Kartika ketika menjadi salah satu narasumber dalam Breakfast Forum yang mengangkat tema “Outlook 2019 : Where Are We Heading?” dengan focus pembahasan pada Sektor Pasar Modal, Sektor Riil dan Sektor Perbankan. Acara ini digelar oleh pengurus ILUNI FEB UI (Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia).
“Perubahan ekonomi dunia, impact yang terasa langsung adalah dari sisi curency dan likuiditas. Kalau kita lihat likuidity perbankan di Indonesia, dimasa lalu sangat terbantu oleh masuknya dari FDI maupun portofolio yang kemudian di convert menjadi Rupiah,” ujarnya.
Kondisi itu, menurut Kartika terlihat selama tahun 2011 sampai 2014 bagus, dan kemudian kreditnya ikut meningkat. Namun, dalam satu dua tahun terakhir ini, menurutnya, terasa sekali, pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga) perbankan melambat signifikan hanya dikisaran 6-7 persen, meski tahun ini membaik ke angka 8-9 persen.
“Tahun 2016 kita masih beruntung karena adanya tax amesty, ada uang masuk banyak,” ujarnya.
Kartika juga menilai, kenaikan yang terjadi saat ini, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, nominal growth nya dibandingkan GDP, mulai tidak terkoneksi. “Kalau dulu kita bisa bikin persamaan regresi antara nominal GDP growth dibandingkan DPK, itu nyambung. Tiba-tiba tahun ini, trend itu break up. Saya juga bertanya-tanya, what going on,” ujarnya.
Mengapa uang dari masyarakat ini tidak lagi berkorelasi sesuai dengan GDP? Menurut Kartika, salah satu teori yang menjawabnya, karena masyarakat banyak menggunakan uang tunai lagi, untuk menghindari pajak. “Ada juga yang bilang, setelah tax amesty, uang itu tetap ditinggal di luar negeri dan tidak dibawa masuk. Karena kalau dibawa masuk ketahuan, nanti tidak boleh keluar lagi,” ujarnya.
Menurut Kartika, memang banyak teori untuk menjawab mengapa dana masyarakat pertumbuhannya melambat. Tetapi, menurutnya, yang jelas akibatnya persaingan dana sangat fragmented di perbankan di buku 4 (Mandiri, BCA, BNI) sampai buku 1 (bank kecil).
Tantangan kedepan, menurut Kartika, bank yang punya skala cabang dan digital yang kuat yang bisa menghimpun dana dengan lebih murah, dan mudah. Bank yang tidak punya skala investasi digital akan sangat sulit bersaing.