JAKARTA – Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto mengatakan meningkatkan perekayasaan (reverse engineering) dapat mendorong Indonesia menjadi negara maju.
“Negara seperti Indonesia yang teknologinya ketinggalan 100 tahun belakang tidak harus mulai dari penelitian dasar tapi bisa menggunakan “riverse engineering”,” kata Unggul di Kantor BPPT seperti dilansir dari Antara, Rabu (12/9).
Unggul menuturkan untuk menjadi negara maju, Indonesia harus mampu masuk kategori tingkat ekonomi berbasis inovasi (innovation-driven economy).
“Tanpa harus penelitian dasar, bisa menghasilkan inovasi melalui “reverse engineering’,” tuturnya.
Unggul mengatakan di AS, penemuan baru yang berhasil menjadi produk inovasi hanya sebesar lima persen dari penemuan yang ada. Sementara “reverse engineering dapat mendorong keberhasilan inovasi produk baru sebesar 80 persen.
Negara maju menembus Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebesar 12.000 dolar AS sementara Indonesia berada di besaran PDB 3.604 dolar AS, dan China berada di sekitar 8.000 dolar AS.
Menurut dia, Indonesia masih mempunyai peluang karena salah satu di antaranya Indonesia masih sedang mengalami bonus demografi sampai dengan tahun 2030, di mana jumlah penduduk dengan usia produktif melebihi jumlah penduduk dengan usia belum produktif yakni kurang dari 15 tahun dan usia tidak lagi produktif yaitu lebih dari 64 tahun.
Berdasarkan pengalaman dari negara-negara lain, pertumbuhan ekonomi negara yang sudah melewati masa bonus demografinya, akan turun dan sangat rendah. Untuk itu, peningkatan sumber daya manusia untuk melahirkan berbagai inovasi harus terus dilakukan. “Inovasi harus digeber,” ujarnya.
Untuk menjadikan Indonesia dalam tingkatan “innovation-driven economy” yang berkelanjutan, di mengatakan diperlukan inovasi-inovasi karya anak bangsa.
Dia mengatakan perlu waktu yang cukup panjang untuk menghasilkan inovasi berupa produk baru yang berasal dari penemuan baru dari riset dasar. Apalagi tidak semua penemuan baru dapat menjadi inovasi.
Mengingat masa bonus demografi Indonesia tinggal 10 tahunan lagi, maka, untuk mempercepat pencapaian “innovation-driven economy” Indonesia, secara paralel, inovasi bisa juga melalui jalur perekayasaan atau rancang bangun (reverse engineering atau design engineering) yang jalurnya lebih cepat dari penelitian, yaitu dengan mengadopsi teknologi yang sudah terbukti lalu di-kloning atau disusun menjadi produk yang dapat dipasarkan sehingga menghasilkan inovasi.