JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mendorong perguruan tinggi dan perusahaan untuk berfokus pada penelitian berbasis inovasi. Ini penting agar penelitian dapat menghasilkan produk berdaya saing.
“Beberapa di antara inovasi tersebut mencakup motor listrik dan bahan bakar berbasis minyak sawit,” kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dalam siaran persnya, Rabu (23/1/2019).
Menurut Nasir, mandatory bagi perguruan tinggi, tidak lagi cukup riset hanya berdasarkan common sense, tapi research based on demand, demand driven atau market driven. Riset itu pada akhirnya dapat menghasilkan produk berdaya saing seperti motor listrik di Indonesia.
Motor listrik yang dimaksudkan oleh Menteri Nasir adalah Gesits yang akan diproduksi oleh PT Wijaya Manufakturing (WIMA), perusahaan konsorsium antara PT Gesits Technologies Indo (GTI) dengan anak perusahaan BUMN PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi.
Selama pengembangannya, Gesits yang dirancang oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Pusat Unggulan Iptek Sistem Kontrol Otomotif (PUI SKO) ITS dan mendapat bimbingan dari Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti.
Selain motor listrik Gesits, Nasir juga mendorong perguruan tinggi menciptakan inovasi seperti bahan bakar berbasis minyak sawit yang disebut green fuel. Nasir berharap green fuel tersebut dapat segera dikomersilkan oleh PT Pertamina.
“Sebentar lagi (lewat) chemical catalyst, (green fuel) bisa diproduksi di Indonesia. Palm oil bisa menjadi green gasoline, green diesel, maupun green avtur. Ini seratus persen Indonesia tidak akan impor lagi dalam BBM. Ini (jenis) inovasi yang kami biayai,” ungkap Nasir.
Green fuel adalah produk olahan palm oil atau minyak sawit dengan bahan bakar fosil. Inovasi ini dikembangkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis, Fakultas Teknologi Industri ITB.
Nasir menyampaikan perusahaan di Indonesia sudah harus mulai berpindah dari bisnis berbasis efisiensi semata menjadi bisnis dengan inovasi.
“Mau tidak mau kita harus bergeser bagaimana ekonomi yang kita jalankan sekarang bukan business as usual. Harus berbasis pada pengetahuan atau dalam hal ini inovasi,” ungkap Menristekdikti.
Nasir menyatakan Indonesia perlu fokus pada inovasi karena populasi Indonesia yang besar tidak serta merta menjadikan Indonesia sejahtera.
“Di negara manapun di dunia, negara maju bukan diukur dari jumlah penduduknya. Bukan dilihat negara besarnya, tapi yang dilihat inovasi dan teknologinya. Manakala inovasinya tinggi, pasti negara itu punya daya saing tinggi,” ungkap Nasir.
ILF 2019 dihadiri oleh Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK Agus Sartono, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Warih Andang Tjahjono, dan Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Ismunandar.