28.9 C
Jakarta

Perguruan Tinggi Diminta Gali Potensi Produk Lokal Melalui Inovasi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Produk lokal memiliki potensi untuk menjadi produk yang mendunia. Karena itu, perguruan tinggi diminta mengembangkan inovasi guna menggali potensi dari produk lokal tersebut.

“Lakukan inovasi untuk produk unggulan daerah. Jika belum mampu, perguruan tinggi bisa menggandeng perguruan tinggi lainnya,” kata Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe di sela-sela workshop Tindak Lanjut Rakernas Kemristekdikti 2019 Bidang Penguatan Inovasi, Selasa (29/1/2019).

Diakui Jumain, saat ini berbagai kluster inovasi daerah terus digenjot. Upaya tersebut membutuhkan sinergi antara perguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah.

“Sumber daya lokal perlu sentuhan inovasi untuk mendukung pembangunan nasional berbasis inovasi di era industri 4.0,” lanjutnya.

Salah satu produk lokal yang akan digenjot dalam klaster inovasi daerah tahun 2019 adalah nilam di Aceh dan minyak kayu putih di Maluku Utara. Kedua produk tersebut memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dan bisa mendunia.

Diakui, upaya ini juga menjadi bagian dari pengembalian kejayaan rempah Indonesia di masa lalu. Sebab, kata Jumain, kekuatan ekonomi untuk bersaing hingga mancanegara terletak di sumber daya yang diberi sentuhan inovasi.

Jumain mencontohkan apa yang sudah dilakukan oleh IPB. Perguruan tinggi tersebut telah berhasil menggali potensi lokal untuk dijadikan produk bernilai ekonomi tinggi dengan basis inovasi.

Sementara itu Direktur Sistem Inovasi Kemristekdikti, Ophirtus Sumule, mengungkapkan, Kemristekdikti menyiapkan anggaran sekitar Rp 8 miliar untuk menggenjot inovasi produk lokal. Diharapkan, pemerintah daerah (Pemda) mau mengalokasikan anggaran agar pengembangan inovasi berbasis sumber daya lokal tersebut bersaing di pasar domestik hingga internasional.

Adapun inovasi lokal yang digenjot di tahun 2019 antara lain industri nilam di Aceh, kelapa Minahasa Selatan, Garam Sulawesi Selatan, Kopi di Toraja, Pala di Maluku Utara, coklat di Sulawesi Tenggara dan rumput laut di Sulawesi Selatan.

Sementara Rektor IPB Arif Satria mengatakan, pihaknya sudah memiliki lebih dari 460 inovasi yang dianggap prospektif. Jumlah tersebut merupakan 39 persen dari total inovasi yang ada di Indonesia.

Dari ratusan inovasi tersebut lanjut Rektor, saat ini sedang dalam proses hilirisasi, dan sebagiannya spin-off, dan sebagian lagi kerja sama swasta.

Selain itu, kata Arif, IPB juga sudah menciptakan pasar sendiri dari produk inovasinya, yakni dengan mengembangkan Serambi Botani, yang sudahh tersebar di 15 mal seluruh Indonesia.

“Serambi Botani itu merupakan etalase dari inovasi kami, baik yang sifatnya olahan maupun non-olahan. Olahan misalnya kami membuat beras analog, beras yang berasal dari singkong, beras dari sagu, atau beras dari jagung,” tutur Rektor.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!