JAKARTA, MENARA62.COM – Masih banyak perguruan tinggi yang bekerjasama dengan industri rokok dalam program pendidikan, penelitian hingga pengembangan bakat dan minat mahasiswa. Padahal semestinya, perguruan tinggi harus membatasi bahkan menolak bekerjasama dengan perusahaan rokok.
“Saat ini berbagai program perusahaan rokok sudah secara terang-terangan masuk ke semua elemen masyarakat termasuk perguruan tinggi,” kata Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Edy Suandi Hamid seperti dikutip dari Antara, Selasa (29/1/2019).
Menurut Edy, perguruan tinggi yang masih bekerja sama dengan industri rokok, seringkali “keliru” menafsirkan program-program bantuan tersebut sebagai bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).
“Padahal, sebagai akademisi mereka seharusnya bisa melihat bahwa itu bukanlah CSR melainkan upaya industri rokok untuk menutupi dampak negatifnya melalui berbagai yayasan,” tuturnya.
Edy mendorong perguruan tinggi aktif mempelopori dan menciptakan gerakan pengendalian tembakau. Apalagi, mahasiswa merupakan kelompok elite generasi muda yang menjadi sasaran utama industri rokok.
“Sebagai bagian elite pemuda, mahasiswa bisa menjadi panutan pemuda lainnya. Bila banyak insan kampus yang merokok, akan menjadi promosi gratis bagi industri rokok,” katanya.