JAKARTA, MENARA62.COM — Puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh setiap tanggal 9 Februari bertepatan dengan hari ulang tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). HPN 2020 ini, Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) berbicara mengenai tantangan industri media.
Ketua Umum BPP HIPMI Mardani H. Maming mengatakan, tantangan industri media harus diantisipasi. Karena perubahan yang terjadi di era sekarang membuat industri media menjadi berubah.
“Perubahan itu harus menjadi perhatian agar bisa diantisipasi, sehingga tidak hilang ditelan zaman,” ujarnya, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (9/2/2020).
Dia melanjutkan, terlihat bahwa sekarang media-media konvensional mulai mengecil pendapatannya, sementara media-media digital menjadi lebih besar. Perubahan ini sebuah keniscayaan karena gaya hidup manusia berubah, media digital lebih cepat memberikan informasi dan yang paling penting banyak hal yang dilakukan oleh media digital bukan hanya sebagai media, tapi berbagai hal lain.
“Persaingan perusahaan media kali ini bukan hanya dengan sesama perusahaan media. Persaingan yang sebenarnya juga terjadi dengan perusahaan yang bukan media, namun menguasai informasi dan teknologi,” ucapnya.
Maming menjelaskan, seperti diketahui perusahaan-perusahaan besar sekarang ini seperti Facebook dan Google pada dasarnya bukan perusahaan media, tetapi perusahaan media sosial. Yang terjadi sekarang, perusahaan tersebut sudah mengambil iklan yang jauh lebih besar dari perusahaan-perusahaan media.
“Orang di dunia dalam memasang iklan telah dikuasai oleh perusahaan media sosial. Perusahaan tersebut menggunakan teknologi dalam strategi pasar mereka. Bagaimana teknologi mengubah strategi promosi perusahaan yang lebih direct kepada konsumen,” jelasnya.
Selain itu, kata Maming, tantangan industri media kali ini juga terdapat pada media-media yang langsung dikelola oleh individu. Misalnya YouTube channel. Semua artis atau publik figur punya media sendiri, dengan membuat YouTube channel sendiri.
“Ini adalah pesaing media yang luar biasa. Yang membaca dan menonton mereka, itu lebih besar dari media konvensional yang ada. Ini adalah fakta yang harus dihadapi,” katanya.
Menurutnya, di era industri media sekarang ini, untuk mempertahankan eksistensinya bukan masalah siapa yang paling kuat atau paling cerdas. Yang akan terus bertahan merupakan perusahaan yang bisa menyesuaikan diri dengan zaman.
“Jadi bukan yang paling kuat dan bukan paling cerdas yang akan bertahan. Namun yang akan bertahan adalah yang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan,” tutupnya.
Tidak hanya itu, BPP HIPMI juga memberikan apresiasi tinggi bagi insan pers, yang terus bekerja secara jujur dan independen.
“Saya dan seluruh jajaran HIPMI memberikan apresiasi atas hadirnya pers yang telah mewarnai kejujuran dan independen. HIPMI berharap, agar pers terus mengembangkan jati dirinya untuk membangun peradaban Indonesia yang berkebudayaan,” ungkapnya.
Maming menuturkan, pers dalam situasi demokrasi politik yang diwarnai oleh kompetisi tidak sehat, liberal, dan penuh dengan ambisi kekuasaan, diharapkan mampu hadir sebagai demokrasi bagi hadirnya kehidupan sosial kemasyarakatan yang penuh dengan nilai-nilai etika dan moral.
“Pers tetap harus mengabdi pada bangsa dan negara, memperjuangkan kepentingan nasional, dan memiliki tanggung jawab untuk membumikan Pancasila demi hadirnya tatanan masyarakat yang berkebudayaan Indonesia. Selain itu, adanya upaya serius untuk peningkatan kesejahteraan insan pers. Apalagi pers di Indonesia telah menunjukkan peran yang sangat penting,” tuturnya. (*)