JAKARTA, MENARA62.COM – Badan Urusan Logistik (Bulog) mendapatkan penugasan dari pemerintah berupa pelayanan publik atau public service obligation (PSO) berupa stabilisasi harga dan pasokan berbagai komoditas pangan utama terintegrasi dari sisi hulu hingga ke hilir di seluruh wilayah Indonesia untuk ketahanan pangan nasional. Komoditas yang ditangani meliputi beras, gula pasir, daging sapi dan kerbau, jagung pakan ternak, dan kedelai.
Adapun bentuk kegiatan penugasan tersebut dimulai dari pembelian komoditas di tingkat produsen sampai ke penyalurannya melalui berbagai kegiatan, seperti Beras untuk Rakyat Sejahtera (Rastra), Operasi Pasar (OP), beras untuk masyarakat terdampak bencana hingga Gerakan Stabilisasi Pangan (GSP). Keseluruhan penugasan tersebut pada prinsipnya mendukung tiga pilar dari Ketahanan Pangan yaitu pilar ketersediaan, pilar keterjangkauan, dan pilar stabilitas
Di luar tugas-tugas tersebut Bulog juga memiliki tugas untuk menyalurkan beras kepada penduduk miskin yang kemudian disebut Beras untuk Rakyat Sejahtera (Rastra) atau beras untuk rakyat miskin (Raskin). Tugas ini melekat bertahun-tahun, sehingga ketika menyebut Bulog, orang mengidentikkan dengan beras orang miskin atau Raskin.
Tetapi seiring waktu, jumlah penduduk miskin di Indonesia semakin berkurang. Data BPS tahun 2019 pada September 2019 menyebutkan jumlah penduduk miskin tercatat 24,79 juta orang, menurun 0,36 juta orang dibanding Maret 2019 dan menurun 0,88 juta orang terhadap September 2018. Makin menurunnya jumlah penduduk miskin berimbas pada makin berkurangnya penugasan pemerintah dalam penyediaan beras bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Karena itu Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengubah strategi lembaganya. Terhitung 2020, Bulog lebih fokus pada penguatan peran komersial melalui penjualan komoditi pangan baik secara online maupun offline, optimalisasi asset dan penguatan anak perusahaan serta unit bisnis.
“Fungsi komersial Bulog yang tadinya hanya 20 persen akan kami perbesar porsinya menjadi 50 persen,” kata Buwas dalam satu kesempatan.
Langkah ini dilakukan, selain karena dampak dari makin berkurangnya penugasan pemerintah dalam hal penyediaan beras bagi masyarakat miskin, juga sekaligus untuk memperbaiki struktur keuangan Bulog yang dibebani bunga utang dari pengadaan cadangan beras pemerintah sebesar Rp282 miliar per bulan.
Strategi memperkuat lini komersial tersebut sejalan dengan Keputusan Presiden No.29 tahun 2000, dimana tugas pokok Bulog selain melaksanakan tugas Pemerintah di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras (mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah – HPP), juga melakukan usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Keppres yang kemudian juga diperkuat dengan Keppres no. 166 tahun 2000 yang selanjutnya diubah menjadi Keppres no 103 tahun 2000 tersebut memberikan sinyal perubahan yang semakin kuat dengan mengarahkan Bulog pada lini bisnis.
Pada 20 Januari 2003, LPND Bulog berubah statusnya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Bulog berdasarkan Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum Bulog dan Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2003 tentang Perubahan atas PP No.7 Tahun 2003 pasal 70 dan 71.
Buwas mengakui selama bertahun-tahun Bulog diidentikkan dengan pengadaan beras masyarakat miskin yang jelek dan berkutu. Karena itu, mengubah pola pikir masyarakat terkait mutu beras Bulog harus dilakukan.
Langkah yang dilakukan Bulog untuk mengubah pola pikir masyarakat terkait beras Bulog adalah memperbaiki kualitasnya. Caranya adalah membangun teknologi modern dalam produksi beras dan meluncurkan beras kualitas premium untuk menyasar masyarakat kalangan menengah ke atas.
Selain itu, Bulog juga membangun 13 unit pengering gabah berkapasitas 120 ton per hari, membangun penggilingan berkapasitas 6 ton per jam dan silo untuk penyimpanan dengan kapasitas 6.000 ton di 13 daerah. Pembangunan teknologi pasca panen tersebut dilakukan di 13 lokasi sentra beras di Indonesia seperti di Bojonegoro, Karawang, Magetan, Cirebon, Jember, Banyuwangi, Sumbawa, Sragen, Kendal, Subang, Bandar Lampung, Luwu Utara, dan Grobogan.
Buwas berharap dengan perluasan penggunaan teknologi dan fasilitas pasca panen yang modern, akan membuat kualitas beras Bulog semakin baik. Tidak hanya itu, beras pun akan memiliki waktu simpan yang lebih panjang sehingga tidak mudah rusak.
Dengan teknologi pengelolaan beras yang modern tersebut, Buwas bersyukur penerimaan masyarakat terhadap produk Bulog semakin membaik. Buktinya, produk-produk pangan yang diluncurkan Bulog makin diterima pasar terutama untuk produk beras.
Ny Yanti, warga Mampang Prapatan, Jaksel misalnya. Awalnya ia mengenal produk Bulog ketika harga daging beku melonjak menjelang lebaran beberapa tahun lalu. Ia kemudian membeli daging beku di Rumah Pangan Kita Bulog, Jalan Gatot Subroto Jaksel. Daging beku Bulog kualitasnya bagus dengan harga jauh lebih murah dibanding harga di pasaran.
Sejak itu Ny Yanti berlangganan membeli sembako di Rumah Pangan Kita Bulog. Mulai dari beras, minyak goreng, dan gula pasir.
“Kebutuhan untuk rumah juga untuk majelis taklim saya sekarang pakai produk Bulog. Ibu-ibu majelis taklim Al Ikhsan bahkan sering pesen paket sembakonya pakai beras dan minyak goreng Bulog,” papar Ny. Yanti, warga Mampang Prapatan, Jaksel.
Menurutnya produk Bulog semakin bagus dan bermutu. Apalagi sejak ada jenis beras kelas premium dan beras bervitamin. “Jangan mikir beras Bulog berkutu deh, sekarang berasnya wangi, pulen dan enak. Pokoknya keren,” katanya.
Tak hanya Ny. Yanti, Ny Elva, warga Condet Jakarta Timur juga melakukan hal serupa. Ia berlangganan membeli produk sembako dari Bulog melalui marketplace. “Khusus untuk kebutuhan sembako, saya belinya di marketplace Bulog,” kata Ny Elva.
Ia mengaku makin banyaknya marketplace yang digunakan Bulog untuk menjual produknya telah memudahkan kegiatan belanja bulanan. “Kalau saya lagi belanja pakai Tokopedia, sekalian saya belanja produk Bulog,” tambahnya.
Selain produknya bermutu, belanja kebutuhan pokok secara online di marketplace Bulog bisa diantar sampai rumah. “Banyak program promo, mulai dari beras, daging, minyak, produk mie, terigu dan lainnya,” kata Ny Elva.
Beberapa marketplace yang sering digunakan oleh Ny Elva untuk belanja produk Bulog antara lain Tokopedia, Shoppee, Lazada dan Blibli.
Desnilawati, mitra Rumah Pangan Kita di Bengkulu melalui media sosial Facebook RPK mengakui bahwa produk sembako Bulog seperti Minyak Goreng Kita, Gula Manis Kita, Terigu Kita, Sagomee sudah dikenal masyarakat luas.
“Beras khusus yang disediakan Bulog seperti beras merah, beras Al Hambra dan beras bervitamin fortivit bahkan banyak dicari kalangan menengah ke atas,” katanya
Karena itu, Desnilawati yang sudah menjadi mitra RPK selama 4 tahun tidak pernah kesulitan untuk menjual produk Bulog. “Saya membeli paket-paket belanja yang 5 jutaan rupiah. Tapi belum sepekan sudah ludes, dan saya belanja lagi,” tuturnya.
Strategi Bisnis Bulog
Penguatan bisnis Perum Bulog tak hanya dilakukan dengan produk bermutu dan penggunaan teknologi modern pasca panen. Mengambil tema Business Focus Re-orientation 2021, Bulog telah menetapkan 6 strategi bisnis untuk memperkuat lini komersialnya. Mengutim laman www.bulog.co.id, keenam strategi bisnis tersebut meliputi:
Pertama, memperbanyak pendirian Rumah Pangan Kita (RPK), memperluas kerjasama dengan restoran hingga paket natura ASN.
Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengakui Rumah Pangan Kita yang diluncurkan Agustus 2016 misalnya, selain untuk memperkuat ketahanan pangan di seluruh wilayah Nusantara, juga menjadi upaya Bulog mendekatkan produk-produknya kepada masyarakat. Dengan prosedur yang mudah dan modal yang kecil, program Rumah Pangan Kita sekaligus memberikan solusi bagi masyarakat yang ingin berbisnis.
Outlet penjualan yang bekerjasama langsung dengan masyarakat itu menjual berbagai produk pangan berkualitas antara lain BerasKita, Minyak Goreng Kita, Gula Manis Kita, Terigu Kita, daging dan lainnya. Selain itu Bulog juga menyediakan beras khusus seperti beras merah, beras Al Hambra dan beras bervitamin fortivit.
Febby mencontohnya, beras Bulog dengan brand BerasKita merupakan beras jenis premium produksi dalam negeri bertekstur nasi pulen dengan kadar amilos rendah dan amilopektin tinggi. BerasKita merupakan hasil produksi petani Indonesia yang bebas pemutih, bebas pengawet, dan bebas pewangi yang diolah dengan teknologi modern. Sedang gula dengan brand ManisKita berasal dari gula pasir produksi dalam negeri yang diproses dari 100 % tebu asli pilihan dan diolah dengan teknologi modern sehingga menghasilkan gula dengan kualitas yang baik.
Hingga Maret 2021, jumlah RPK di seluruh Indonesia telah mencapai angka59.398 unit outlet RPK. Jumlah tersebut kata Febby dipastikan akan terus bertambah sering meningkatnya animo masyarakat untuk menjadi entrepreneur.
Kedua, pemanfaatan marketplace. Ini adalah strategi pemasaran yang dilakukan Bulog untuk melengkapi strategi RPK. Beberapa marketplace yang dimanfaatkan Bulog adalah Tokopedia, Shopee, Blibli, Lazada, Ralali.com, Bukalapak, ZilingoTrade, dan Happy Fresh. Strategi ini makin diperkuat sejak adanya pandemi Covid-19, dimana Bulog kemudian meluncurkan aplikasi iPanganandotcom untuk ritel dan untuk grosir pada 2020.
iPanganandotcom sendiri merupakan toko online bahan pokok yang sangat lengkap, yang merupakan kolaborasi antara Perum Bulog, StoreSend Indonesia, Shopee dan JNE. Kolaborasi ini dilakukan guna menjawab tantangan penyediaan bahan pokok berkualitas dengan harga yang terjangkau secara online kepada masyarakat Indonesia.
Meski baru setahun diluncurkan ternyata e-commerce iPanganandotcom yang melingkupi penjualan di area Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makasar mampu meraih angka penjualan beras terbesar diantara marketplace lainnya. iPanganandotcom juga menyumbang cukup signifikan terhadap penjualan via e-commerce Bulog hingga 75 persen pada semester I tahun 2020. Atas raihan tersebut, iPanganandotcom pun sukses mendapat penghargaan Top Official Store Award 2021 dari Tras NCo Indonesia.
“Ini menjadi motivasi kami untuk meningkatkan dan memperluas jangkauan iPanganandotcom di semua kota di Indonesia sebagai salah satu pilar dalam mewujudkan ketahanan pangan Indonesia,” ungkap Febby Novita.
Bulog juga meningkatkan penggunaan media sosial baik untuk branding produk, perluasan akses masyarakat (pembeli) maupun untuk pemasaran.
Ketiga, membuka Program Kemitraan melalui Mitra Kerja Pengadaan (MKP) dan Program kemitraan On-Farm. Masih mengutip laman bulog.co.id, MKP dilakukan dalam rangka menjamin ketersediaan stok pangan yang cukup terutama beras untuk kebutuhan penyaluran di seluruh wilayah Indonesia dan turut berperan serta dalam usaha memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi sosial masyarakat/lingkungan sekitar. MKP adalah perusahaan yang berbadan hukum, badan usaha atau usaha perseorangan dan Kelompok Tani atau Gabungan Kelompok Tani (Poktan/Gapoktan) yang memenuhi persyaratan untuk melakukan kerja sama pengadaan gabah/beras dan pangan lainnya.
Sedang program kemitraan On-Farm diselenggarakan dalam rangka kegiatan pengembangan usaha guna memberikan kontribusi bagi perusahaan dan mendukung kegiatan pelayanan publik. Selain itu kemitraan On Farm juga untuk mensukseskan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K) yang merupakan program kerja Kementerian Badan Usaha Milik Negara untuk mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional.
Keempat adalah perawatan dan pengendalian hama. Prinsip pengelolaan hama gudang terpadu (PHGT) merupakan prinsip utama dalam perawatan komoditas di lingkungan Perum Bulog. PHGT mengedepankan kebersihan gudang, kemudian monitoring pelaksanaan perawatan komoditas dan gudang, lalu kegiatan preventif (spraying) dan kegiatan kuratif pengendalian hama seperti fumigasi apabila terjadi serangan hama.
Penyimpanan komoditas beras dan gabah di Perum Bulog, jelas Febby dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode konvensional dan metode inkonvensional. Pada metode konvensional, beras dan gabah ditumpuk diatas flonder dengan sistem kunci 5, 7 atau 8 agar menjamin tumpukan tersebut dapat berdiri kokoh dan menjamin keselamatan pekerja di gudang.
Sedang metode penyimpanan inkonvensional yang dilakukan Perum Bulog merupakan inovasi teknologi penyimpanan secara hermetik, yaitu teknik CO2 stack dan penggunaan plastik Cocoon. Perum Bulog menjadi satu dari enam perusahaan di Indonesia yang telah menggunakan Cocoon dalam penyimpanan komoditas yang dikelolanya.
Teknik ini memungkinkan stapel komoditas disungkup sekedap mungkin dengan plastik khusus, kemudian gas CO2 diinjeksikan hingga konsentrasinya mencapai minimial 80% dan komoditas dibiarkan tersungkup dengan gas CO2 hingga kurun waktu yang cukup lama. Harapannya respirasi komoditas dapat ditekan dan hama maupun jamur juga dapat ditekan pertumbuhannya.
Cocoon itu sendiri sudah diterapkan di banyak negara, antara lain Filipina, India dan Negara-negara Amerika Latin dan Afrika.
Kelima, jasa angkutan. Lini bisnis ini diperkuat dalam rangka menjamin kelancaran penyebaran komoditas pangan yang dikelola oleh Perum Bulog. Kehadiran PT. Jasa Prima Logistik (JPL) sebagai anak perusahaan yang kemudian memiliki kantor cabang di Divre ikut berandil dalam peningkatan kecepatan dan efisiensi penyebaran stok nasional maupun stok regional di Divre-Divre. Melakukan usaha dibidang freight forwarding, warehousing dan project shipment, jasa logistik dan angkutan serta usaha pendukung lainnya untuk menghasilkan barang dan/jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia untuk mendapatkan keuntungan.
Dengan berbekal pengalaman menunjang kegiatan Bulog baik untuk pendistribusian beras maupun pengelolaan gudang dan komiditi lainnya, maka JPlogistics juga profesional untuk memberikan pelayanan bagi pelanggan di luar perum Bulog.
Dan keenam adalah penyewan asset mulai dari lahan kosong, hotel, kios RPK, ruang pertemuan hingga ruko komersial. Penyewaan asset baik berupa lahan, hotel, RPK maupun ruko dan ruang pertemuam Bulog dapat dilakukan dengan mudah melalui aplikasi e-catalog Aset Premium Bulog.
Enam strategi tersebut saat ini secara gencar dilakukan oleh Bulog, dengan tujuan untuk memperkuat lini komersial sehingga Bulog dapat meraih keuntungan yang signifikan dan dapat menyelesaikan utang-utangnya. Berdasarkan data hingga 12 Mei 2020, utang Bulog kepada bank pemerintah sebesar Rp18,1 triliun dengan bunga utang yang wajib dibayar tiap bulannya sebesar Rp282 miliar. Utang tersebut berasal dari pinjaman perbankan guna menjalankan penugasan pembelian beras untuk cadangan beras pemerintah (CBP).
Direktur Keuangan Bulog Triyana mengatakan, nilai utang tersebut sudah berkurang sekitar Rp6,6 triliun dari posisi utang 2019 yang sebesar Rp 24,7 triliun. Posisi utang 2019 pun menurun dari utang 2018 yang sebesar Rp27 triliun. (m.kurniawati)