32.7 C
Jakarta

Perkuat Profil Pelajar Pancasila, SD Muhammadiyah PK Kottabarat Terapkan Model Pembelajaran PjBL pada Matematika

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM – Kurikulum Merdeka berfokus pada kreatifitas dan kebebasan berpikir murid dalam mengeksplorasi dan menggunakan ide pada pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat murid. Kurikulum ini juga memberikan kebebasan pada guru dalam merencanakan dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid.

Penguatan profil pelajar Pancasila erat kaitannya dengan model pembelajaran berbasis proyek karena bisa membuat karakter murid berkembang sesuai dengan profil pelajar Pancasila (P3).

Andi Arfianto, guru kelas V SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta, memilih menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada mata pelajaran Matematika, sebagai alternatif untuk meningkatkan aspek gotong royong, kreatif, dan bernalar kritis, Jumat (8/9/2023).

Menurut Andi, model PjBL dapat meningkatkan aspek gotong royong, kreatif dan bernalar kritis, di mana murid secara berkelompok dapat bebas dalam merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek, dan menghasilkan produk kerja yang bisa dipresentasikan di depan kelas.

“Model PjBL adalah pembelajaran yang memberikan penekanan pada murid untuk menyelesaikan masalah yang luas dan menggunakan pengetahuan mereka untuk membuat produk yang nyata secara berkelompok,” ujarnya.

Selanjutnya, Andi mengungkapkan enam langkah pembelajaran pada model PjBL. Langkah pertama, penentuan pertanyaan mendasar. Dalam kegiatan ini guru mengajukan pertanyaan pemantik. “Sudahkah kalian memahami materi operasi bilangan pecahan?”. Dalam praktik di lingkungan sekitar, pernahkah kalian melihat gambar atau video terkait materi operasi bilangan pecahan secara langsung ataupun di media?”.

Untuk meningkatkan kreativitas dan bernalar kritis murid, guru memantik murid untuk bisa menyajikan materi operasi bilangan pecahan dalam sebuah media atau alat yang bisa dibuat secara berkelompok dan memanfaatkan barang bekas. Dalam kegiatan tersebut, guru juga membawa salah satu contoh media dari kalender meja yang bisa dijadikan alat untuk menyajikan materi.

Langkah kedua, mendesain perencanaan proyek. Guru membagi murid menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok berjumlah empat anak yang heterogen. Murid mempersiapkan diri meliputi persiapan alat, bahan, media, sumber yang dibutuhkan.

Langkah ketiga, menyusun jadwal pelaksanaan proyek. Guru dan murid membuat kesepakatan tentang jadwal pembuatan produk dan menyusun jadwal penyelesaian proyek dengan waktu yang telah ditentukan bersama selama 10 menit. Proyek direncanakan selesai dalam 5 pertemuan pembelajaran.

Langkah keempat, memonitor keaktifan dan perkembangan proyek. Murid melakukan pembuatan proyek tentang resume materi operasi bilangan pecahan dengan memanfaatkan kalender meja yang sudah tidak terpakai. Bahan dan alat dapat disiapkan murid dari rumah dalam setiap kelompok. Guru selanjutnya memantau keaktifan murid selama melaksanakan proyek dan membimbing jika mengalami kesulitan.

Langkah kelima, menguji hasil. Pada langkah ini, guru bersama murid membahas kelayakan proyek yang telah dibuat, membuat langkah-langkah pada kegiatan presentasi, dan membagi tugas melakukan presentasi.

Langkah keenam, evaluasi pengalaman belajar. Setiap kelompok mempresentasikan secara bergantian dan menjelaskan hasil produk yang dibuat. Guru menanggapi hasil dan memberi apresiasi.

Menurut salah satu siswa kelas V, Jecinda Aqilla Putri Sihono, kegiatan pembelajaran Matematika sangat seru dan menyenangkan.

“Pembelajaran menjadi menyenangkan, karena langsung membuat proyek dan seru karena kelompok saya dalam membuat project paling kompak. Kelompokku punya ide untuk mengerjakan project setelah pulang sekolah di hari Sabtu, selain juga mengerjakan di kelas saat jam pembelajaran Matematika. Aku menjadi juru bicara dalam presentasi di depan kelas,” ungkapnya. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!