Media Barat memberinya gelar tokoh revolusi. Majalah ‘’The Economist’’ London menempatkan Siti Fadilah sebagai tokoh yang memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak penyakit pandemik.
Dialah satu-satunya menteri dari negara berkembang yang berani melawan hegemoni WHO (World Health Organization). Dan menang. Namun wanita pemberani itu dipaksa kalah di pengadilan. Di negerinya sendiri. Sungguh tragis.
Wanita pejuang itu tak lain adalah dr Siti Fadilah Supari. Mantan Menteri Kesehatan itu.
Siti Fadilah Supari memang kalah di pengadilan. Tetapi perjuangannya membela Merah Putih mendapat penghargaan yang tinggi. PP Muhammadiyah pun menjadikan nama salah satu kader terbaiknya itu sebagai nama rumah sakit PKU Muhammadiyah di Palu, Sulawesi Tengah.
Saya mengunjungi RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari Palu, awal pekan lalu. Ini kunjungan saya yang keempat selama empat bulan terakhir.
Pada kunjungan pertama, bentuk RS itu belum ada wujudnya. Masih berupa sebuah klinik kecil di tengah lahan seluas 2.000 Meter persegi. Nama RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari hanya tertera pada spanduk di pagar halaman.
Meski berukuran mini, klinik itu berjasa besar dalam penyelamatan para korban bencana besar yang melanda Palu, Sigi Biromaru dan Donggala pada 28 September 2018 lalu. Ketika banyak fasilitas medis di Palu hancur, klinik ini menjadi satu-satunya pusat pelayanan medis yang tetap beroperasi 24 jam.
Di klinik inilah, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Lazismu membuka pusat bantuan dan pelayanan untuk para korban. Dari klinik ini pula tim medis MDMC mengendalikan operasi dua Puskesmas yang mati suri karena terdampak bencana.
Setelah situasi sudah kondusif, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nasir pun melakukan peletakan batu pertama pembangunan RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari.
Kiprah klinik mungil itu ternyata bergaung hingga ke Amerika Serikat. Lembaga sosial di Negeri Paman Sam itu pun, mengirimkan donasi untuk pembangunan gedung. Sedangkan pengadaan peralatan medis dibantu lembaga sosial dari Australia.
Dari dalam negeri, masyarakat menyumbangkan dana untuk rumah sakit melalui Lazismu. Dana itu akan digunakan untuk mengoperasikan rumah sakit ketika sudah berdiri. Tidak lama lagi.
Tidak lama lagi? Ya. Tahun ini, RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari Palu akan beroperasi. Pekan lalu, pembangunan fisiknya sudah mencapai 40 persen. Seluruh rangka bangunan berlantai dua itu sudah selesai. Pengecoran lantai atas pun sudah dimulai.
Bangunan berlantai dua itu berada di bagian depan. Di belakangnya ada dua bangunan lagi. Bangunan klinik yang sekarang masih beroperasi dan bangunan gudang peralatan medis di bagian tengah. Di belakang sedang dibangun instalasi pengolahan limbah dan fasilitas pendukung rumah sakit seperti laboratorium dan kantor manajemen.
Saya bisa membayangkan betapa bangganya warga Palu dengan rumah sakit bernilai Rp 21 miliar itu kalau pembangunannya sudah selesai. Sayang, Siti Fadilah Supari tidak sempat menyaksikannya. Dia hanya hadir lewat namanya saja.