JAKARTA, MENARA62.COM — Selasa (16/07/2019), Pengamat Politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Andriadi Achmad memahami bahwa intonasi pidato Kebangsaan Jokowi terlihat berapi-api dan bergelora menunjukkan aura kemenangan di periode kedua. Apalagi secara de facto kemenangan Jokowi sudah diakui rivalnya Prabowo Subianto.
Â
“Saya melihat pidato kebangsaan Jokowi secara eksplisit memperlihatkan “saya adalah presiden atau penguasa Indonesia” eksistensi atas kemenangan pada periode kedua ini. Kita akui, pertarungan periode kedua ini cukup berat dan menegangkan, mestinya Jokowi harus mulai membiasakan diri terlepas dari bayang-bayang kekuatan lain yang mengendalikannya,” saran Andriadi Achmad saat diwawancara media online www.menara62.com.
Â
Direktur Eksekutif Nusantara Institute for Political Communication Studies, Research, and Consulting ini, mengingatkan Jokowi sebagai presiden terpilih mesti menyadari, bahwa seluruh isi pidato yang disampaikan merupakan bagian dari janji-janji dan manifesto pemerintahannya pada periode kedua. Artinya masyarakat merekam dan mengingatnya.Â
Â
“Sebagai presiden terpilih apa yang disampaikan Jokowi adalah janji dan manifesto pemerintahannya di periode kedua. Mustinya perlu kehati-hatian dalam menyampaikan isi pidato tersebut, karena akan menjadi bagian dari jejak digital yang terekam dan diingat rakyat,” ujar pengamat politik muda ini merespon pidato Kebangsaan Jokowi di tengah pendukungnya.
Â
Beberapa poin utama bisa kita petik dari pidato kebangsaan Jokowi, antara lain menegaskan bahwa akan menggenjot dan melanjutkan pembangunan infrastruktur yang saat ini masih terus berkesinambungan, pembangunan indek SDM, menegakkan kedisiplinan ASN atau reformasi birokrasi, mengundang investasi serta penggunaan APBN tepat guna dan tepat sasaran.
Â
“Poin dari pidato kebangsaan tersebut di break down dari Visi – Misi Jokowi – Ma’ruf. Kita tunggu saja pelaksanaannya sampai lima tahun kedepan. Coba kita perhatikan bahasa lugas Jokowi dalam pidatonyo seperti menegaskan akan menindak langsung bila ada pelanggaran dan penyimpangan aparatur. Menunjukkan aksi turun ke lapangan atau blusukan yang selama ini melekat pada gaya kepemimpinan Jokowi,” ungkap Andriadi di sela-sela wawancara.
Â
Alumni Pascasarjana Ilmu Politik UI ini menilai, bahwa periode kedua ini mesti menjadi catatan khusus bagi partai politik pengusung Jokowi-Ma’ruf, di mana keberhasilan dan kegagalan pemerintahan periode kedua ini sangat menentukan dinamika politik lima tahun ke depan, yaitu terjadinya regenerasi kepemimpinan.
Â
“Catatan khusus di periode kedua ini, eksistensi pemerintahan Jokowi – Ma’ruf sangat menentukan dinamika politik lima tahun kedepan. Baik bagi partai politik pendukung dalam koalisi atau parta politik Oposisi. Apalagi adanya regenerasi kepemimpinan,” tutup aktivis Gerakan Mahasiswa Indonesia Era 2000-an ini mengakhiri wawancara.