BEKASI, MENARA62.COM – Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih Bantargebang dapat menjadi solusi pengelolaan sampah nasional terutama di kota- kota besar Indonesia seperti Jakarta. Untuk DKI Jakarta saja dalam sehari, memproduksi 8.000 ton sampah, sedangkan Kota Bekasi mencapai 1.800 ton.
Adanya PLTSa ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah sampah, baik di DKI Jakarta maupun di Kota Bekasi.
“DKI Jakarta setiap hari produksi sampah 8.000 ton dan Bekasi produksi 1.800 ton. Jadi total  ada sekitar 10 ribu ton sampah per hari. PLTSa Merah Putih Bantargebang ini merupakan ‘pilot project’ sehingga baru mampu mengolah100 ton/hari, kita dorong BPPT untuk menghasilkan  teknologi yang mampu mengolah 2.000 hingga 5.000 ton per hari, “ ujar Menristekdikti usai peresmian PLTSa Merah Putih, dalam siaran persnya, Senin (25/3).
Menteri Nasir mengajak semua pihak untuk merubah paradigma agar tidak hanya menjadikan sampah sebagai sumber masalah yang harus dibuang, namun menjadikan sampah sebagai sebuah komoditi. Sampah yang dikelola dengan baik akan menghasilkan nilai tambah, seperti listrik yang akan dihasilkan oleh PLTSa Merah Putih.
“Sampah dianggap menjadi komoditi. Tahun 2021 jika pengelolaan sampah tidak dilakukan dengan serius dan sistematis, beberapa kota di Indonesia akan mengalami situasi darurat sampah. Oleh karena itu perlu ada teknologi pengelolaan sampah agar Indonesia bersih dari sampah,” ujar Nasir.
Menristekdikti menambahkan kehadiran PLTSa Merah Putih Bantargebang ini diharapkan dapat menjadikan DKI Jakarta dan Bekasi bersih dari sampah. Â PLTSa ini merupakan program rintisan yang kemudian dapat dikembangkan untuk pengelolaan sampah baik di kota maupun dapat dikembangkan skala lebih kecil untuk pedesaan.
Kepala BPPT Hammam Riza mengungkapkan ‘pilot project’ PLTSa Merah putih ini dibangun dengan kapasitas pengolahan sampah mencapai 100 ton per hari dan akan menghasilkan listrik sebagai bonus sebanyak 700 kilowatt hour
Diungkap oleh Hammam bahwa pembangunan Pilot project ini berlangsung dalam waktu cepat yakni satu tahun, dan merupakan PLTSa pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi termal yang sudah proven.
“Pilot  Project ini merupakan hasil kajian desain Tim BPPT, Saat ini plant masih dalam kondisi commissioning, yang tentunya masih ada beberapa komponen atau proses yang perlu disempurnakan untuk PLTSa ini berjalan dengan lancar,” ujarnya.
Untuk mempersiapkan implementasi teknologi PLTSa skala besar dan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang PLTSa yang dapat menyelesaikan sampah secara cepat, signifikan dan ramah lingkungan, BPPT bekerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta dalam membangun Pilot Project PLTSa Merah-Putih di lokasi TPST Bantargebang ini, melalui MoU yang telah ditandatangani oleh Kepala BPPT dan Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 20 Desember 2017.