32.9 C
Jakarta

Praktisi Gizi: Daya Tahan Tubuh Tak Melulu Urusan Makanan

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Gizi tidak menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh (imunitas) seseorang. Diluar persoalan gizi, ada hal yang penting diperhatikan seseorang agar daya tahan tubuhnya tetap bagus. Diantaranya adalah manajemen stress.

“Stress bisa menjadi pemicu atau trigger yang berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh seseorang, sehingga perlu dikelola dengan baik,” kata Akademisi sekaligus Praktisi Gizi Klinik dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., SpGK pada diskusi virtual bertema Membangkitkan Solidaritas di Tengah Kesulitan yang digelar Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Komunitas Literasi Gizi dan Departemen Kesehatan BPP Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan, Senin (13/4/2020).

Selain stress, faktor luar lainnya yang juga ikut mempengaruhi daya tahan tubuh seseorag adalah kebiasaan merokok, dan kurang istirahat. Karena itu dr Tirta mengingatkan selain memperhatikan asupan makanan dan minuman, masyarakat juga harus menghindari faktor pemicu tersebut.

Menurut dr Tirta, selama ini masyarakat masih focus pada masalah nutrisi ketika berbicara tentang daya tahan tubuh. Itu mengapa, ketika ada wabah Covid-19, masyarakat berbondong-bondong menimbun bahan makanan yang merakibat terjadinya panic buying agar asupan nutrisi terjamin.

“Jadi, kurangi trigger sebesar mungkin. Jika Anda merokok, maka kurangi merokok, kalau suka begadang dan kurang cukup tidur, sebaiknya ditambah waktu tidurnya, dan cukup istirahat. Jangan memperberat sistem imun kita dengan trigger itu,” katanya.

Terkait asupan gizi, dr. Tirta menyarankan untuk memenuhi asupan gizi yang seimbang. Jika merasa kurang cukup mendapatkan gizi harian, maka dibolehkan untuk mengonsumsi suplemen multivitamin.

Sementara itu Aktivis Sosial Jumrana Salikki menyampaikan bahwa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan oleh banyak daerah telah berdampak pada sektor ekonomi. Banyak perusahaan yang kemudian me-PHK karyawannya. Pun demikian sektor ekonomi lainnya.

“Dalam kondisi tidak ada pekerjaan, maka bagaimana masyarakat bisa memenuhi kebutuhan dasarnya?” kata Jumrana.

Meski demikian, kebijakan PSBB tidak bisa dihindari pemerintah daerah sebagai upaya memutus mata rantai penularan Covid-19.

Jumrana menyarankan perlunya kesadaran kolektivitas dalam menangani pandemic Covid-19. Menjadi kewajiban semua warga negara untuk bekerjasama dan tidak membiarkan pemerintah menyelesaikan masalah ini sendiri, setiap warga mestinya mengambil peran.

Sebagai penggagas Gerakan Berbagi, Jumrana, mengajak pada setiap orang yang mampu untuk mengambil peran dengan berbagi minimal beras dan telur untuk masyarakat yang daya belinya hilang karena pandemi ini.

Jumrana Salikki yang merupakan Wakil Ketua Umum BPP Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya sudah memiliki kemampuan untuk membantu pemerintah dalam menangani  covid-19 ini. Dan itu sudah menjadi budaya sosial dalam masyarakat kita. Budaya itu adalah budaya saling menolong, membantu yang disebut gotong royong.

Disamping itu, Jumrana Salikki menyarankan sekaligus mengajak masyarakat untuk mendorong gerakan kemanusiaan secara serentak di seluruh Indonesia dalam mengatasi kesulitan ekonomi masyarakat ditengah pandemi covid-19.

“Upaya yang tepat untuk dilakukan masyarakat adalah membangun semangat gotong royong dan mengupayakan gerakan kemanusiaan untuk didorong secara serentak di seluruh Indonesia ditengah pandemi covid-19. Gerakan kemanusiaan ini dimaksudkan untuk bisa menolong dan menopang masyarakat yang kesulitan dalam hal ekonomi,” terang Jumrana yang juga merupakan ketua tim Gerakan Berbagi Beras.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!