JAKARTA, MENARA62.COM– Di masa pandemi Covid-19, digitalisasi menjadi solusi paling tepat untuk mengembangkan UMKM. Karena itu, perlu didorong pelaku UMKM untuk segera beradaptasi dengan teknologi digital dalam menjalankan roda usahanya.
Untuk memudahkan pelaku UMKM beradaptasi dengan teknologi digital, tentu perlu dukungan stakeholder seperti lembaga Litbang, Perguruan Tingggi, dan Kementerian/Lembaga yang ada, termasuk industri e-commerce.
Menurut Prof. Dr. Ir. H.Musa Hubeis, Ketua PS MPI SPs Universitas IPB, di masa pandemi Covid-19 kegiatan orang berkumpul menjadi berhenti. Kondisi ini membuat UMKM harus mengubah strategi. Pelaku UMKM harus melakukan inovasi dengan digitalisasi.
“Kita harus mulai berfikir, bagaimana digitalisasi dilakukan dan tentunya harus bertahap karena investasinya besar untuk bisa mengembangkan UMKM karena potensi UMKM tidak bisa diabaikan,” ujarnya, saat menjadi narasumber pada webinar bertema Penguatan Peran Perguruan Tinggi dalam Digitalisasi UMKM, Sabtu (19/9/2020).
Data tahun 2018 menunjukkan bahwa UMKM adalah penggerak utama perekonomian Indonesia dengan berkontribusi 60.34% terhadap PDB nasional, 97,02% penyerapan tenaga kerja, 99% total lapangan kerja serta 58,18% total investasi.
Musa menilai, mengembangkan teknologi digital dengan menerapkan ke berbagai jenis usaha seperti UMKM dan membuat klaster teknologi untuk masing-masing pelaku UMKM merupakan hal yang sangat perlu dilakukan. Digitalisasi UMKM ini seperti e-dagang atau e-keuangan.Â
Diakui Musa, mengembangkan UMKM tidak mudah. Hal ini karena karakteristik yang sangat kecil, padat karya dan pendidikan bagi pelaku usaha UMKM juga terbatas. Selain itu UMKM belum memiliki infrastuktur dasar untuk masuk ke ekosistem digital.
Untuk itu, peran perguruan tinggi diharapkan mampu memberikan literasi guna menerapkan digitalisasi. Hal ini karena peluang dari digitalisasi pengembangan UMKM yang menerapkan aplikasi berbasis big data dengan program klaster berbasis teknologi merupakan upaya untuk melakukan lompatan ke masa depan. Misalnya e-commerce dan fintech dengan backbone Teknologi Informasi (TI).
Menurut Musa dengan mengerahkan mahasiswa yang KKN secara tematik bagi mahasiswa yang memiliki pengetahuan dibidang informatika dan diikuti mahasiswa disiplin lainnya bisa menjadi ujung tombak untuk bekerja dan bersinergi dalam menciptakan klaster yang dibutuhkan pelaku UMKM. Diharapkan dari KKN ini, mahasiswa mampu membuat skripsi-skripsi yang yang bermanfaat utk pengambilan kebijakan melalui riset operasional.
Untuk mencapai digitalisasi UMKM, menurut Musa perlu menerapkan strategi transformasi dengan mengembangkan 5 pola seperti segi perencanaan (plan), segi manufer (play), segi pola (pattern & position), dan akhirnya bisa menghasilkan perspective bahwa digitalisasi bukan untuk mematikan yang konfensional tapi untuk melengkapi kemampuan UMKM untuk mengembangkan pasar.
Untuk mencapai strategi ini, diperlukan analisis SWOT yaitu SO/KP (strenght/kekuatan untuk memanfaatkan Opportunities/peluang) dan ST/KA (strenght untuk menghindari dan mengatasi Treats/ancaman). Perguruan tinggi harus melakukan pembinaan berjenjang secara konfrehensif yang dimulai dari pemrosesan hingga memasarkan produk yang dihasilkan. Perguruan tinggi sebaiknya menggerakkan instrumennya seperti mengembangkan UMKM center, pusat pengembangan SDM, sentra kekayaan intelektual, dan inkubator bisnis dan teknologi untuk membantu UMKM dengan memanfaatkan dana CSR misalnya dari PT.Telkom, Kapal Api dan lainnya.
“Tantangan selalu ada namun bisa di persiapkan dan dipetakan, dan semua bisa dipecahkan dengan berfikir secara dikotomi (50:50) jadi permasalahan bisa dipecahkan dengan kata lain, media sosial menjadi hal yang sangat penting saya kira,” tutup Musa.