JAKARTA, MENARA62.COM – Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi (Ditjen Saintek), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) meluncurkan Program Ekosistem Hidup Berbasis Sains dan Teknologi (Bestari Saintek) di Kantor Kemdiktisaintek Jakarta, Senin (13/10). Program ini mengalokasikan pendanaan senilai total Rp57,5 miliar dengan bantuan maksimal Rp750 juta per paket.
Bestari Saintek dirancang sebagai jembatan kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dunia usaha dan dunia industri, serta masyarakat dalam membangun ekosistem inovasi nasional yang partisipatif dan berdampak langsung.
Inisiatif ini menjadi bagian dari payung besar Sinergi Kreasi Masyarakat dan Akademisi untuk Sains Teknologi Nusantara (Semesta) yang dibangun di atas lima pilar utama: kolaborasi multipihak, berbasis masalah nyata, cocreation, iterasi berkelanjutan, dan dampak ekonomi yang terukur.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap hasil riset tidak berhenti di jurnal, tetapi hadir dalam bentuk inovasi yang bisa dipegang, digunakan, dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat. Dengan kesabaran dan ketekunan, kekuatan akademik akan melahirkan champion masa depan,” ujar Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto.
Indonesia saat ini menghadapi paradoks inovasi. Produktivitas riset nasional dan posisi Indonesia dalam Global Innovation Index terus meningkat, namun dampak nyata hasil riset di tingkat masyarakat masih terbatas. Di sisi lain, tingkat kepercayaan publik terhadap ilmuwan Indonesia justru sangat tinggi. Skor 3,84 dari lima menurut Nature Human Behaviour (2025), melampaui rata-rata global.
Tingginya kepercayaan ini adalah modal sosial besar untuk memperkuat hubungan antara sains dan masyarakat. Bestari Saintek hadir untuk menjembatani kepercayaan itu menjadi kolaborasi nyata.
Kehadiran pimpinan perguruan tinggi, pelaku industri, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta kelompok masyarakat hadir dalam kegiatan peluncuran dan sosialisasi yang menjadi tonggak penting bagi transformasi paradigma riset di Indonesia. Melalui konsep living lab atau “laboratorium hidup”, setiap pihak memiliki peran sejajar dalam mengembangkan solusi inovatif yang relevan secara akademik, layak secara bisnis, dan tentu saja diterima oleh masyarakat.
Pendekatan ini menempatkan masyarakat bukan sekadar penerima manfaat, tetapi sebagai mitra aktif dalam setiap tahapan penciptaan dan penerapan teknologi.
Direktur Jenderal Sains dan Teknologi (Dirjen Saintek), Ahmad Najib Burhani menjelaskan, kunci keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi semua pihak. Perguruan tinggi diharapkan menjadi motor penggerak pengetahuan, industri berperan sebagai penguat rantai pasok dan pasar, pemerintah daerah sebagai pendukung kebijakan lokal, serta masyarakat sebagai sumber inspirasi dan pengguna manfaat.
“Inovasi yang dihasilkan diharapkan benar-benar tepat guna dan berdampak ekonomi langsung mulai dari peningkatan mutu produk lokal hingga efisiensi rantai pasok dan perluasan akses pasar,” kata Dirjen Najib.
Sejalan dengan semangat yang diusung Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi, Direktur Fasilitasi Riset LPDP, Ayom Widipaminto mengatakan bahwa LPDP telah mengalokasikan 57,5 miliar rupiah untuk pendanaan Bestari Saintek dalam upaya peningkatan ekosistem riset dan sains dan teknologi dan inovasi di Indonesia.
“Kami memberikan dukungan nyata terhadap penguatan ekosistem riset nasional. Melalui pendanaan Bestari Saintek ini diharapkan bisa menjadi penggerak kolaborasi dan inovasi di berbagai bidang sains dan teknologi,” ujar Direktur Fasilitas Riset LPDP, Ayom Widipaminto.
Langkah Konkret Bawa Riset Keluar Lab
Pada kesempatan yang sama, Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Yudi Darma turut menambahkan, program ini juga menjadi langkah konkret Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi dalam menjalankan mandatnya untuk membawa hasil riset keluar dari laboratorium dan menghadirkannya sebagai solusi nyata di tengah masyarakat.
“Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bergandeng tangan menjadikan Bestari Saintek sebagai ruang kolaborasi Bersama yang diharapkan dapat menjadi wadah bagi ide-ide cemerlang lintas disiplin yang bermuara pada satu tujuan besar mewujudkan ekosistem sains dan teknologi yang hidup, inklusif, dan mensejahterakan bangsa,” tutup Direktur Yudi.
Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, Kemdiktisaintek bertekad menjadikan Bestari Saintek sebagai fondasi bagi terbentuknya ekosistem sains dan teknologi yang hidup, inklusif, dan berdampak, sejalan dengan visi besar Diktisaintek Berdampak untuk menghadirkan riset yang relevan, berdaya saing, dan menyejahterakan bangsa.
