SEMARANG, MENARA62.COM – Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, membuat terobosan dengan sistem jemput bola atau mendatangi Politeknik atau Sekolah Pelayaran untuk membuat Buku Pelaut bagi taruna/taruni.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Laut Arif Toha mengatakan Buku Pelaut ini akan menjadi dokumen resmi dan identitas para pelaut yang akan bekerja di atas kapal.
“Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sangat mendukung program Buku Pelaut Goes to Campus ini, karena program tersebut merupakan inovasi di bidang pelayanan publik melalui Direktorat Perkapalan dan Kepelautan, yang diinisiasi oleh Agen Perubahan Kementerian Perhubungan yang berasal dari KSOP Kelas I Tanjung Emas yaitu Taufik Abadi,” ujar Arif dalam sambutan secara virtual acara Diskusi Bersama Media dengan tema Buku Pelaut Goes To Campus, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (28/1).
Arif Toha mengharapkan agar kedepannya program serupa dapat dilaksanakan di UPT Direktorat Jenderal Perhubungan Laut di seluruh Indonesia. Dalam rangka meningkatkan kenyamanan, kecepatan layanan dan mengurangi biaya kepada pengguna jasa pelayanan.
“Pelaut itu adalah pekerja kunci yang memiliki peran penting sebagai tulang punggung perekonomian sebuah negara. Untuk itu, Ditjen Perhubungan Laut akan terus mendukung dan memfasilitasi pelayanan bagi pelaut Indonesia,” jelasnya.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub, Ahmad Wahid mengatakan, sebagai identitas diri seorang pelaut, tingkat kebutuhannya setiap tahun terus meningkat. Bukan saja dari para pelaut tapi permohonan pembuatan buku pelaut juga datang dari kalangan taruna sekolah pelayaran.
Atas dasar itu, diperlukan terobosan untuk meningkatkan pelayanan, agar tidak terjadi antrian. Salah satunya dengan sistem pelayanan online, sehingga tidak terjadi antrian.
Sistem pelayanan online ini juga sebagai langkah strategis untuk memutus mata rantai praktik pungutan liar oleh oknum-oknum di lingkungan perhubungan laut.
“Saat ini bahkan sudah 84 pelabuhan di Indonesia yang sudah terkoneksi pelayanan online. Artinya para pelaut yang sudah habis masa berlakunya bisa melakukan perpanjangan pada pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya,” kata Ahmad Wahid.
Sementara, Kepala KSOP Kelas I Tanjung Emas M. Tohir menjelaskan, dalam program pembuatan Buku Pelaut Goes To Campus ini semua Taruna/taruni cukup melakukan pemberkasan melalui Manajemen Sekolah atau Kampus masing masing dan pihak KSOP akan melakukan verifikasi serta pengambilan data ke sekolah hingga kewajiban pembayaran PNBP yang akan langsung dikirim ke Kas Negara melalui akun virtual yang dikirim via email masing masing.
“Sehingga akhirnya nanti kami akan menyerahkan dokumen Buku Pelaut ke pihak Manajemen Sekolah untuk langsung dibagikan ke Siswa, Taruna/Taruni masing masing,” ujarnya.
Direktur Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang Capt. Dian Wahdiana pada kesempatan itu juga mengapresiai program Buku Pelaut Goes To Campus yang dinilai lebih efisien. Mengingat jumlah taruna/taruni saat ini yang semakin meningkat sehingga inovasi dalam pembuatan buku pelaut sangat diperlukan.
“Efisiensi bukan hanya dari segi waktu tapi pemberkasan juga menjadi lebih simpel karena kita lakukan di kampus dan barulah rekan-rekan KSOP datang ke kita mengambil foto dan kalau sudah clear, kita tinggal tunggu dijadikan buku pelaut,” ungkapnya.
Kepala KSOP Tanjung Emas Semarang M.Tohir mengatakan, setiap tahun, ada sekitar 300 taruna dari sekolah pelayaran mengajukan pembuatan buku pelaut.
“Sistem pelayanan jemput bola ini bukan hanya memutus mata rantai praktik pungli, tapi juga memudahkan bagi para taruna dan pelaut dalam membuat Buku Oelaut,” kata Tohir.
Proses pembuatan buku pelaut di kampus maksimal tiga hari, dalam satu hari bisa diterbitkan buku pelaut sebanyak 80 unit.
Sistem ini menurut Direktur Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang, Capt Dian Wahdiana sangat membantu para taruna/taruni.
“Kami mendukung penuh sistem pelayanan jemput bola yang dilakukan KSOP Tanjung Emas Semarang,” pungkasnya.