JAKARTA, MENARA62.COM – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam tiga tahun terakhir berupaya mewujudkan ekosistem inovasi melalui kolaborasi antarpemangku kepentingan. Dengan menghadirkan Kedaireka, Ditjen Diktiristek berhasil membangun kolaborasi inovatif antara perguruan tinggi dan dunia usaha dunia industri (DUDI) secara masif.
Capaian baik dari Kedaireka terus dilanjutkan dengan dibukanya kembali Program Dana Padanan (Matching Fund) pada tahun 2024. Ditjen Diktiristek telah menyediakan anggaran sebanyak Rp750 milliar. Dana padanan Kedaireka 2024 diluncurkan lebih awal daripada tahun-tahun sebelumnya agar waktu pelaksanaan riset dan pengembangannya bisa lebih panjang.
Dalam Grand Launching Program Dana Padanan 2024 pada Selasa (17/10), Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Nizam menyampaikan Program Dana Padanan Kedaireka mengajak perguruan tinggi untuk menghulukan masalah-masalah yang dihadapi dunia usaha dunia industri.
“Melalui kolaborasi Matching Fund atau dana padanan ini, semoga DUDI semakin masif untuk berinovasi di bidang ekonomi hijau, ekonomi biru, ekonomi digital, pariwisata, obat-obatan, dan alat kesehatan. Dan perguruan tinggi siap untuk menjadi tempat riset dan pengembangan,” kata Nizam.
Nizam juga menyampaikan bahwa indeks inovasi Indonesia tengah mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Menurut data dari Global Innovation Index tahun 2023, Indonesia berada di peringkat 61. Sebelumnya pada tahun 2022 Indonesia berada di peringkat 75.
“Peringkat tersebut memiliki beberapa elemen penilaian dan yang meningkat paling signifikan adalah kerja sama antara kampus dengan dunia industri, dari peringkat 35 tahun 2020 sekarang menjadi peringkat 5 dunia,” ungkap Nizam.
Pada kesempatan yang sama, Plt. Sekretaris Ditjen Diktiristek Tjitjik Srie Tjahjandarie menjelaskan bahwa konsep dari Program Dana Padanan Kedaireka adalah menjamin keberlanjutan sehingga Dana Padanan Kedaireka 2024 bisa diusulkan untuk multitahun, mulai dari 1—3 tahun kolaborasi. Tjitjik juga menegaskan bahwa penyerapan anggaran dalam dana padanan ini tetap memerhatikan kualitas kolaborasi antara DUDI dan perguruan tinggi.
“Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan kolaborasi antara DUDI dan perguruan tinggi. Selain itu, proposal yang mendapat dana padanan Kedaireka ini juga harus sesuai dengan ruang lingkup proposalnya jadi bukan kegiatan sukarela. Oleh karena itu, tingkat penyerapan anggaran juga disesuaikan dengan komitmen industri dan kualitas serta visibility dari proposal yang ada,” jelas Tjitjik.
Lebih lanjut, Tjitjik menerangkan bahwa kolaborasi antara DUDI dan perguruan tinggi disesuaikan dengan kepakaran perguruan tinggi dan kebutuhan solusi. Selain itu, dalam pelaksanaannya, Program Dana Padanan Kedaireka harus melibatkan mahasiswa. Hal ini merupakan bentuk konkret untuk mendukung kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
“Karena harapan kita, melalui kolaborasi ini, mahasiswa bisa tahu permasalahan dunia kerja yang sesungguhnya sehingga dapat paham apa peran yang bisa dilakukan. Melalui Dana Padanan Kedaireka, pemerintah juga berharap mampu memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dari pengalaman nyata di dunia profesional,” ungkap Tjitjik.
Kehadiran Kedaireka terbukti memberikan solusi pada permasalahan-permasalahan yang yang dihadapi DUDI dengan berkolaborasi dengan perguruan tinggi. Banyak manfaat yang telah dirasakan para pemangku kepentingan baik perguruan tinggi, mitra industri, pemerintah, dan lembaga lain.
Penerima Matching Fund 2022, Aulia Arif Iskandar, dari Swiss German University mengatakan bahwa berkat Dana Padanan Kedaireka, inovasi dari kampusnya berupa produk kesehatan untuk EKG jantung dapat digunakan oleh masyarakat luas.
“Dari perspektif saya sebagai akademisi, akhirnya produk yang tercipta hanya bisa digunakan saja tetapi tidak memberikan kenyaman kepada pengguna. Oleh karena itu, melalui kegiatan dana padanan Kedaireka, kami menemukan mitra yang mampu membuat produk tersebut nyaman digunakan,” jelas Aulia.
Welly Sugiono selaku Corporate Affairs Director Great Giant Pineapple sebagai salah satu mitra Kedaireka menjelaskan bahwa program ini merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi DUDI. Menurutnya, riset dari perguruan tinggi berdampak pada keberlangsungan perusahaannya.
“Tanpa ini (riset) kita tidak bisa sustain. Jadi sustainability ini harus dilakukan dengan riset ini dan Kedaireka ini adalah terobosan baik. Harapan Saya, selanjutnya ini bisa menggandeng kementerian dan lembaga yang lain sehingga nanti kita bisa berpikir sebagai Indonesia in Corporate,” jelas Welly.
Sementara itu, Dwi Listyawardani dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengakui Dana Padanan Kedaireka ini membawa dampak positif bagi BKKBN, terutama dalam upaya mengatasi stunting di Indonesia. Kendati demikian, Dwi juga menyampaikan bahwa dana padanan ini perlu terus dievaluasi agar menjadi lebih baik terutama dalam kesamaan persepsi antara DUDI dan perguruan tinggi.
“Dana dalam dana padanan Kedaireka ini sifatnya barengan (antara DUDI dan perguruan tinggi). Sehingga yang matching adalah kegiatan di lapangannya, karena kita berjalan dengan anggaran masing-masing. Tetapi bagaimana kegiatan di lapangan dapat saling bersinergi,” ungkap Dwi.