30 C
Jakarta

Program Hibah Dana Desa Berhasil Bangkitkan Potensi Ratusan Desa

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Program Hibah Dana Desa (PHBD) yang telah berlangsung selama delapan tahun telah berhasil membangkitkan potensi desa pada bidang ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan pendidikan yang sebelumnya kurang menjadi perhatian masyarakat. Program tersebut hingga kini telah melibatkan 700 organisasi mahasiswa dan 7.000 mahasiswa dari 300 perguruan tinggi di Tanah Air.

“Para mahasiswa telah mengabdi pada lebih dari 700 desa yang tersebar dari Sabang hingga Merauke,” kata Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaa (Ditjen Belmawa) Kemendibud, Ismunandar, Rabu (11/12/2019).

Dalam siaran persnya, Ismunandar menyebutkan pada 2019 ini, pihaknya telah mendanai 90 proposal dari 2.190 pendaftar.

PHBD yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat oleh mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Menurut Ismunandar, PHBD telah terbukti berhasil mengubah perilaku masyarakat, melakukan perubahan fisik desa yang mendukung aktivitas produktif masyarakat desa, serta melakukan perubahan kelembagaan maupun kemitraan.

“Dari hasil monitoring dan evaluasi, PHBD telah melakukan beberapa perubahan. Di antaranya telah tumbuh desa wisata baru, munculnya kelembagaan-kelembagaan lokal masyarakat, jaringan kemitraan inter desa maupun dengan stake holder eksternal semakin kuat, tumbuhnya income baru bagi masyarakat, serta munculnya kesadaran masyarakat untuk membangun dirinya sendiri,” terang Ismunandar.

Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan Ditjen Belmawa, Didin Wahidin, mengatakan pesan inti dari PHBD adalah pemberian makna pada mahasiswa untuk belajar bermasyarakat, belajar dari masyarakat, serta membelajarkan masyarakat.

“Ini merupakan salah satu contoh pembelajaran kompleks untuk menghasilkan SDM Unggul. PHBD mencoba lebih mengoptimalkan perguruan tinggi agar lulusannya lebih berperan di masyarakat. Perguruan tinggi harus menjadi uploader ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Agent of culture harus menjadi jiwa dari perguruan tinggi. Terakhir, perguruan tinggi didorong untuk upaya menjadikan mahasiswanya berdaya dari segi ekonomi. Jangan sampai masuk miskin, keluar tetap miskin,” jelas Didin.

Ia pun menggambarkan bahwa PHBD merupakan salah satu perwujudan dari Jargon #MerdekaBelajar yang digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini. Di masyarakat, mahasiswa harus mampu memerdekakan diri untuk mengolah pengetahuan dan pola pikirnya menjadi sesuatu yang produktif dan dibutuhkan oleh masyarakat desa.

Cerita nyata keberhasilan diceritakan oleh seorang tokoh masyarakat yang menerima PHBD dari mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Ia menceritakan banyak mendapatkan ilmu secara langsung dari dosen-dosen budidaya ikan di IPB. Meski mengaku awalnya merasa ribet dan pusing karena harus belajar langsung di IPB, tetapi lambat laun ia merasakan keuntungan dari ilmu yang didapatkannya.

“Mungkin mahasiswa dan IPB mengenal ikan itu lebih dulu saya. Tapi, mereka kenal teknologi sehingga budidaya itu sangat berbeda jauh menjadi lebih baik lagi,” ceritanya.

Kisah lain hadir dari mahasiswa Universitas Brawijaya yang membantu kelompok masyarakat di Pantai Taman Kili-Kili, Desa Wonocoyo, Kabupaten Trenggalek. Desa tersebut merupakan tempat konservasi beberapa spesies penyu. Akhir-akhir ini terjadi penurunan populasi penyu disebabkan oleh perusakan habitat, penyakit serta pengambilan penyu dan telurnya yang tidak terkendali. Sayangnya, kelompok masyarakat di sana masih menggunakan cara tradisional dalam melakukan penetasan telur Penyu.

Melalui PHBD, para mahasiswa tersebut membuat “Alat Otomatisasi Penetas Telur Penyu: Antisipasi Skenario Global Warming Sebagai Solusi Efektif Pelestarian Penyu di Pantai Taman Kili-kili Desa Wonocoyo Kabupaten Trenggalek”.

Perancangan alat ini dapat mengantisipasi skenario pemanasan global dengan pengaturan keseimbangan suhu, dan kelembaban pasir yang saling menguntungkan untuk pertumbuhan embrio sampai proses penetasan. Melalui dana PHBD, mereka berhasil menciptakan dua alat penetas telur penyu otomatis berukuran besar dan satu berukuran sedang. Sehingga, peningkatan jumlah spesies penyu dapat dilakukan dan masyarakat mendapatkan penghasilan dari ekowisata bahari

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!