TANGERANG SELATAN, MENARA62.COM — Program pendidikan IULI tekankan pada STEAM, yaitu Science, Technology, Engeneering, Arts, and Mathematic. STEAM ini, masih dikeluhkan banyak pihak. Sayangnya, pendidikan di Indonesia kurang menekankan pada STEAM ini. Akibatnya, Indonesia kurang sekali menghasilkan produk dan jasa yang memang mengacu pada daya saing yang berdasarkan STEAM tersebut.
Hal itu disampaikan Dr Ing Ilham A Habibie MBA selaku pendiri dan juga pimpinan dari International University Liason Indonesia (IULI) pada acara IULI Open House di Kampus IULI, di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Sabtu (24/11/2018).
Pendidikan, menurut Ilham, merupakan salah satu kunci penting yang harus menjadi perhatian. Jika Indonesia ingin bersaing di kelas dunia dengan negara dan bangsa lain, maka negara harus berani berinvestasi terutama dalam hal penelitian dan pengembangan (research and development). “Selain itu, kita juga harus mempunyai industri yang kompetitif,” ujarnya.
Menurut Ilham, tolak ukur pendidikan kita jangan hanya jago kandang, namun harus diukur dengan pendidikan yang terbaik di dunia. Kondisi sekarang, dimana informasi begitu cepat tersebar dengan komunitas yang begitu luas, mempunyai konsekuensi pula terhadap pendidikan.
Menurut Ilham, mahasiswa Indonesia yang kuliah teknik masih sedikit persentasenya dibandingkan nonteknik. Ini mesti diubah, karena masa depan bangsa dan negara berada di pundak orang-orang yang bisa membuat perubahan serta mencari solusi terhadap tantangan dan peluang yang ada. Meskipun, ia mengatakan, memang tidak semua orang harus belajar teknik, namun masih banyak diperlukan. “Jika tidak akan sulit bersaing, karena tidak ada orang atau hanya sedikit yang berpengalaman sehingga harus dikerjakan oleh insinyur dari luar,” ujarnya.
Ilham mengatakan, negara harus berani berinvestasi pada penelitian dan pengembangan. Itu bukan hanya biaya, tapi hasil dari penelitian dan pengembangan tersebut harus masuk ke dunia industri untuk diterapkan, sehingga menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang diperoleh itu akan kembali lagi kepada komersialisasi produk tersebut. Hal inilah yang sangat kurang dikembangkan di Indonesia.
“Kita lebih mengandalkan produk orang lain yang dibuat di Indonesia atau menggunakan teknologi dari orang atau perusahaan lain yang diterapkan di sini, dan kita membayar royaltinya. Kita lebih menjadi user bukan pengembang,” ujarnya.
Maka itu, menurut Ilham, IULI dengan kurikulumnya mempunyai program-program dengan berbagai jurusan, seperti engeneering, life sciences, termasuk bidang bisnis dan sosial yang berada di lingkungan teknik, sehingga memberi pemahaman yang lebih intensif. Selain itu, mahasiswa diberikan pengalaman melakukan penelitian serta pentingnya eksposure dengan memberikan pengalaman di luar Indonesia, di industri yang sesuai dan diperlukan untuk bisa bersaing di pasar dunia. Semua ini menjadi kelebihan yang dimiliki IULI dibandingkan perguruan tinggi lainnya.