30.1 C
Jakarta

Program Pertukaran di Jepang, Ketua IMM FIK UMS Pelajari Budaya dan Teknologi

Baca Juga:

SOLO,MENARA62.COM – Samiyem, Ketua Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), baru saja kembali dari program pertukaran pelajar di Jepang (Jenesys) Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Jepang.
Program Jenesys 2025 ini memberikan pengalaman berharga dalam memahami budaya, teknologi, serta kehidupan masyarakat Jepang, khususnya dari perspektif Islam dan profesionalisme.
Dalam perjalanannya, para peserta program disambut oleh Kedutaan Besar Jepang di Indonesia sebelum berangkat bersama ke Jepang.
Setibanya di sana, kegiatan dimulai dengan kuliah umum di Waseda University oleh Prof Ken Miichi akademisi asal Indonesia, yang membahas bagaimana Islam berkembang di Jepang.
Samiyem menjelaskan bahwa meskipun banyak masyarakat Jepang tidak memiliki agama, mereka menunjukkan nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan rasa hormat yang tinggi terhadap perbedaan.
Salah satu pengalaman menarik bagi Samiyem adalah kunjungannya ke Prefektur Nagasaki. Dia mengunjungi Gedung Gubernur yang terbuka untuk masyarakat umum.
“Siapa saja bisa masuk ke gedung tersebut, bahkan tersedia kantin dan ruang belajar bagi warga. Desain bangunan ini juga sudah disesuaikan dengan teknologi anti-gempa,” ujarnya, Jumat (7/2/2025).
Selain itu, para peserta juga diberikan pemahaman mengenai sejarah bom atom oleh seorang penyintas bernama Minokwari.
Kegiatan lain yang berkesan bagi Samiyem adalah homestay dengan keluarga lokal. Ia memperkenalkan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam kepada tuan rumah yang penasaran dengan praktik keislaman.
“Ketika mereka tahu kami bangun pagi untuk salat, mereka merasa heran karena di Jepang kebiasaan seperti itu jarang ditemukan,” tambahnya.
Selain itu, ia juga melihat langsung kesetaraan gender di Jepang, di mana banyak perempuan bekerja di berbagai sektor, termasuk sebagai pengemudi kereta.
Dalam program ini, Samiyem turut menjadi presentator yang mengenalkan budaya Indonesia, salah satunya melalui pantun.
“Mereka baru tahu pantun itu bagian dari budaya Indonesia, dan saya ingin memperkenalkannya sebagai warisan sastra kita,” ujarnya.
Setelah mengikuti program ini, Samiyem bersama timnya menyusun action plan yang akan diterapkan dalam waktu tiga bulan ke depan. Rencana ini mencakup seminar, penulisan jurnal, serta talk show untuk berbagi wawasan dari Jepang.
Ia berharap pengalaman ini dapat memotivasi mahasiswa UMS untuk lebih aktif dalam program internasional.
“Semoga di tahun berikutnya ada lagi mahasiswa UMS yang berpartisipasi dan menerapkan ilmu yang didapat untuk kemajuan organisasi dan masyarakat,” pungkasnya. (*)
- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!